Selasa, 30/04/2024 - 13:21 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

Harga Pupuk Melonjak Akibat Perang, PIHC Cari Alternatif Impor

ADVERTISEMENTS

Harga bahan baku yang melonjak mengakibatkan kenaikan harga pupuk di tingkat petani.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

 DENPASAR — Harga bahan baku pupuk mengalami lonjakan akibat negara produsen pupuk dunia, Rusia tengah terlibat perang dengan Ukraina. PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) menuturkan, telah menyiapkan langkah mitigasi menghadapi lonjakan harga tersebut.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Harga bahan baku yang melonjak mengakibatkan kenaikan harga pupuk yang diterima petani. Pemerintah memiliki instrumen pupuk bersubsidi untuk membantu petani, hanya saja, pasokan yang disiapkan lebih kecil dari kebutuhan yang diajukan petani se-Indonesia.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Direktur Transformasi Bisnis, Pupuk Indonesia, Panji Winantea Ruky, mengatakan, perseroan telah melakukan mitigasi dengan mencari sumber alternatif pemasok.”Memang ada gangguan akibat konflik Rusia-Ukraina karena mereka pemasok, tapi kami sudah mitigasi mencari sumber-sumber tempat (eksportir) lain,” kata Panji di Denpasar, Senin (18/7/2022).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Amankan Bahan Baku, Bahlil Dorong Akuisisi Pabrik Pupuk Luar Negeri


Panji tak merinci negara produsen yang menjadi pilihan alternatif yang bisa memasok bahan baku pupuk bagi Indonesia. Namun, ia memastikan target produksi pupuk tahun 2022, termasuk penugasan pemerintah untuk penyediaan pupuk bersubsidi akan terpenuhi.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


“Insya Allah produksi kami akan berjalan sesuai rencana untuk memenuhi permintaan Kementerian Pertanian dan produksi untuk komersial,” katanya menambahkan.


Diketahui, rata-rata produksi pupuk seluruh jenis oleh PIHC mencapai sekitar 14 juta ton per tahun. Dari rata-rata produksi itu, tahun ini pemerintah mengalokasikan pupuk bersubsidi sebanyak 9,1 juta ton dengan anggaran Rp 25 triliun. Sisa produksi perseroan diperdagangkan sebagai produk komersial yang mengikuti harga pasar.


Direktur Pupuk, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana, Kementerian Pertanian, Muhammad Hatta, menuturkan, pencarian alternatif bahan baku impor pupuk menjadi kewenangan dari Pupuk Indonesia selaku operator pelaksana kebijakan pemerintah.

Berita Lainnya:
Pengamat: Penting Kemitraan di Bidang SDM dengan Perusahaan Teknologi


Namun, dari segi kebijakan, pemerintah telah memutuskan akan memfokuskan pupuk bersubsidi dari lima jenis menjadi dua jenis yakni Urea dan NPK. Kedua pupuk itu, saat ini mengalami kenaikan harga yang tertinggi dan petani terancam tak dapat membeli jika tidak mendapatkan subsidi.


“Urea dan NPK adalah yang paling mahal harganya, oleh karena itu kita anggap dua jenis ini yang paling dibutuhkan oleh petani,” kata dia.


Ia menuturkan, jika dengan subsidi, petani hanya cukup menebus pupuk Urea seharga Rp 2.250 per kg dari harga normal saat ini hingga Rp 10 ribu per kg. Adapun NPK, hanya ditebus dengan Rp 3.000 pe rkg dari harga pasar yang sudah lebih dari Rp 10 ribu per kg.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi