Minggu, 19/05/2024 - 03:26 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Kebiasaan Makan pada Malam Hari Berisiko Timbulkan Pradiabetes

Makan pada malam hari menyebabkan tubuh memproses gula dengan buruk.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

JAKARTA — Sebelum didiagnosis mengidap diabetes, seseorang sangat mungkin mengalami intoleransi glukosa. Kondisi itu terjadi saat kadar gula dalam darah terpantau tinggi tetapi tidak cukup tinggi untuk diagnosis diabetes.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


Intoleransi glukosa adalah tanda peringatan dini bahwa tubuh tidak lagi mampu menyerap gula dari aliran darah. Jika tidak diobati, intoleransi glukosa yang juga dikenal sebagai pradiabetes dapat dengan cepat berubah menjadi diabetes tipe 2.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS


Gejala prediabetes termasuk rasa buang air kecil yang lebih sering, kelelahan, dan berat badan turun tanpa penyebab jelas. Gatal pada alat kelamin dan merasa sangat haus juga merupakan tanda-tanda pradiabetes.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah


Lantas, apa saja penyebab intoleransi glukosa? Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances menyebutkan bahwa kebiasaan makan pada malam hari dapat menjadi pemicunya.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


Menurut para peneliti, makan pada malam hari berpotensi mengganggu jam tubuh dan menyebabkan tubuh memproses gula dengan buruk. Pada studi terbaru itu, tim periset secara khusus menganalisis kebiasaan makan para pekerja shift malam.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Pekerja yang terbiasa makan pada malam hari cenderung mengalami intoleransi glukosa, sementara mereka yang hanya makan pada siang hari tidak. Para peneliti mendapati pula bahwa para pekerja itu mengalami gangguan signifikan pada ritme sirkadian tubuh mereka.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
Berita Lainnya:
Psikiater Bagikan Teknik Distraksi untuk Kendalikan Emosi


Jam sirkadian yang dikendalikan oleh otak bertugas menyampaikan pesan ke tubuh untuk membantu mengatur aktivitasnya selama 24 jam penuh. Salah satu aktivitas itu adalah mencerna gula.

ADVERTISEMENTS


Ada pengaturan waktu dan ritme yang spesifik untuk setiap organ. Namun, ritme sirkadian dapat terganggu oleh berbagai faktor. Ketersediaan makanan, misalnya, bisa merusak ritme sirkadian pada organ pencernaan.

ADVERTISEMENTS


Dalam studi tersebut, peneliti membagi 19 pekerja shift malam yang sehat menjadi dua kelompok. Satu kelompok diminta makan selama melakukan shift malam, sedangkan yang lain makan pada siang hari. Jadwal kelompok kedua umumnya selaras dengan jadwal alami yang ditetapkan oleh ritme sirkadian tubuh.


Hasilnya, peserta yang makan di malam hari mengalami peningkatan kadar glukosa darah, sementara mereka yang makan hanya di siang hari tidak mengalami perubahan. Ini menyiratkan bahwa waktu makan yang terlambat bertanggung jawab atas intoleransi glukosa.


Salah satu penulis studi, Frank AJL Scheer, menyoroti kondisi spesifik dari sekian peserta yang diteliti. Peserta dengan gangguan terbesar pada sistem sirkadian juga menunjukkan penurunan toleransi glukosa terbesar.

Berita Lainnya:
Kemenkes koleksi 4.000 Data Genomik untuk Pantau Beragam Penyakit Genetik di Indonesia


Dia menjelaskan, makan pada malam hari juga mengurangi fungsi sel beta pankreas yang juga berdampak pada pemrosesan gula dalam tubuh. Sel beta memproduksi insulin, hormon utama yang memproses gula.


“Hasil ini menunjukkan bahwa waktu makan bertanggung jawab atas efek yang dilaporkan pada toleransi glukosa dan fungsi sel beta, mungkin karena ketidakselarasan ‘jam’ pusat dan periferal di seluruh tubuh,” ujar Scheer.


Penelitian terdahulu yang terpisah telah mendukung hubungan antara masalah kadar gula darah dan makan pada malam hari. Sebuah studi observasional menemukan bahwa orang yang tidur pada siang hari dan makan pada malam hari memiliki risiko 60 persen lebih tinggi terkena diabetes tipe 2.


Tentunya, tidak semua orang bekerja shift malam. Para peneliti mengatakan orang yang berpotensi makan terlambat di malam hari antara lain orang yang mengalami jet lag, gemar begadang di akhir pekan, atau terbangun dan lapar, dikutip dari laman Express, Sabtu (17/9/2022).

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi