Sabtu, 27/04/2024 - 01:53 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

WHO: 99 Persen Populasi Global Hirup Udara tak Berkualitas

ADVERTISEMENTS

Setiap negara harus mengambil tindakan dalam mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JENEWA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, 99 persen populasi dunia masih menghirup udara tak memenuhi standar kualitas udara. WHO menyerukan negara-negara untuk mengambil lebih banyak tindakan dalam mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


WHO, pada Senin (4/4/2022), merilis pembaruan ke basis datanya tentang kualitas udara. Pembaruan tersebut mengambil informasi dari kota, kota kecil, dan desa di seluruh dunia, Sekarang jumlahnya lebih dari 6.000 kotamadya.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Di pembaruan tersebut, WHO mengatakan, 99 persen populasi global menghirup udara yang tak memenuhi standar kualitas. Dilabeli tak berkualitas karena seringkali penuh dengan partikel yang dapat menembus jauh ke dalam paru-paru, memasuki pembuluh darah dan arteri, serta memicu penyakit.

ADVERTISEMENTS


Menurut WHO, wilayah dengan kualitas udara terendah adalah Mediterania Timur dan Asia Tenggara, kemudian diikuti Afrika. “Setelah selamat dari pandemi, tidak dapat diterima jika masih ada 7 juta kematian yang dapat dicegah dan tahun-tahun kesehatan yang hilang yang tak terhitung jumlahnya yang dapat dicegah karena polusi udara. Namun terlalu banyak investasi yang masih tenggelam ke dalam lingkungan yang tercemar daripada di udara yang bersih dan sehat,” kata kepala departemen lingkungan, perubahan iklim, dan kesehatan WHO Dr. Maria Neira.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Mesir dan PBB Sepakat Israel Harus Akhiri Segera Penindasan Warga Sipil di Gaza 


Basis data tentang kualitas udara WHO secara tradisional mempertimbangkan dua jenis partikel yang dikenal sebagai PM2.5 dan PM10. Namun untuk pertama kalinya WHO turut memasukkan pengukuran nitrogen dioksida. Nitrogen dioksida terutama berasal dari pembakaran bahan bakar yang dihasilkan manusia, seperti lalu lintas kendaraan.

Paparan zat tersebut dapat memicu asma dan gejala seperti batuk, mengi, dan kesulitan bernapas. Konsentrasi tertinggi nitrogen dioksida ditemukan di wilayah Mediterania timur. Sementara materi partikulat memiliki banyak sumber, seperti transportasi, pembangkit listrik, pertanian, pembakaran limbah dan industri, serta dari sumber alami seperti debu gurun. India menjadi negara yang memiliki tingkat PM10 tertinggi. Sementara peredaran PM2.5 tertinggi berada di China.


“Materi partikulat, terutama PM2.5, mampu menembus jauh ke dalam paru-paru dan memasuki aliran darah, menyebabkan dampak kardiovaskular, serebrovaskular (strok) dan pernapasan. Ada bukti yang muncul bahwa partikel berdampak pada organ lain dan menyebabkan penyakit lain juga,” kata WHO.

Berita Lainnya:
Serangan Iran ke Israel Mengganggu Penerbangan Global


Pakar polusi udara dari Center for Science and Environment yang berbasis di New Delhi, India, Anumita Roychowdhury mengungkapkan, temuan WHO menyoroti skala perubahan yang diperlukan untuk memerangi polusi udara. “India dan dunia perlu bersiap menghadapi perubahan besar untuk mencoba mengekang polusi udara: kendaraan listrik; pergeseran dari bahan bakar fosil; peningkatan energi hijau secara besar-besaran; dan rumah tangga yang memisahkan jenis sampahnya,” ucapnya.


Council on Energy, Environment and Water (CEEW), sebuah lembaga riset yang berbasis di New Delhi, menemukan dalam sebuah penelitian bahwa lebih dari 60 persen beban PM2.5 India berasal dari rumah tangga dan industri. Kepala program kualitas udara di CEEW Tanushree Ganguly menyerukan tindakan untuk mengurangi emisi dari industri, mobil, pembakaran biomassa, dan energi domestik. “Kita perlu memprioritaskan akses energi bersih untuk rumah tangga yang paling membutuhkan, dan mengambil langkah aktif untuk membersihkan sektor industri kita,” katanya.

sumber : AP

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi