Jumat, 26/04/2024 - 23:18 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Epidemiolog Sarankan Strategi PPKM Disesuaikan dengan Hasil Serosurvei Terkini

ADVERTISEMENTS

Dari serosurvei 99,2 persen penduduk 1 tahun ke atas Jawa-Bali punya antibodi Covid

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono memandang startegi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) seharusnya disusun kembali dengan menyesuaikan hasil terkini survei antibodi masyarakat terhadap Covid-19. Diketahui,berdasarkan hasil serosurvei Maret 2022, sebanyak 99,2 persen penduduk berusia 1 tahun ke atas di Jawa-Bali sudah memiliki antibodi terhadap Covid-19.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Apakah PPKM skala prioritas?, saya kira sudah bergeser sekarang. Banyak indikator penilaian yang dilihat seperti peningkatan kasus, hospitalisasi, kematian dan sebagainya. Dengan penurunan kasus yang konsisten, PPKM jadi tidak optimal, lagi,” kata Pandu dalam konferensi pers daring, Rabu (20/4/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

“Ada peningkatan proporsi penduduk di wilayah asal dan tujuan mudik Jawa-Bali yang mempunyai antibodi SARS CoV-2 sebesar 6,2 persen dan ada peningkatan kadar antibodi SARS CoV-2 dari median 434.2 U/ml menjadi 5698 U/ml,” sambung Pandu.

ADVERTISEMENTS

Jika dibandingkan dengan hasil hasil serosurvei pada periode Desember 2021, hasil serosurvei terkini menunjukan imunitas penduduk di wilayah setempat yang tinggi. Dengan bekal imunitas yang tinggi ini, menurutnya dapat mengurangi risiko hospitalisasi dan kematian.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Pemkot Jambi Ingatkan Masyarakat tak Panic Buying Sembako Jelang Lebaran

“Kita harus geser strategi, fokus pada kekebalan penduduk dengan ikhtiar vaksinasi lengkap dan booster. Juni ini harus sudah capai target dosis kedua dan akhir tahun lebih tinggi lagi mendekati 90 persen populasi. Booster harus terus meningkat dan kita perlu tetap pertahankan protokol kesehatan,” ujar Pandu.

Karena, antibodi yang tinggi dalam level komunitas maupun populasi, bukan berarti meninggalkan kepatuhan pada protokol kesehatan yang berlaku. Pandu mengatakan imunitas penduduk adalah modal dasar menghadapi virus, meskipun berbagai mutasi virus yang terjadi di dunia belum seluruhnya bisa pastikan.

“Bukan berarti lepas masker, yang ada malah peningkatan kasus lagi. Lonjakan kasus di China, vaksinasi lansia tidak sebaik di Indonesia. Kita konsisten terus pada lansia,” tegasnya.

Menurut Pandu, bila semua penduduk dunia memiliki kekebalan, maka evolusi virus jadi lebih lama frekuensinya dan aktivitas masyarakat berjalan lebih lama. Hadir dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan Kemenkes bersama pakar akan terus berkoordinasi dalam menyusun kebijakan pemerintah dalam pengendalian pandemi.

Berita Lainnya:
Ratusan Kerbau di OKI Mendadak, Diduga Terjangkit Virus Septiceimia Epizootica

“PPKM memuat indikator-indikator sebagai masukan kepada Pemda untuk merespons pengendalian pandemi. Kita lihat, cakupan vaksinasi masih menjadi indikator yang kita sasar dalam PPKM ini,” kata dia.

Sementara salah satu peneliti Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) ,Muhammad N Farid mengungkapkan, serosurvei pada Maret 2022 dilakukan di 21 kabupaten/kota terpilih yang merupakan asal dan tujuan mudik. Menurutnya, ada dua faktor yang menyebabkan peningkatan antibodi.

Pertama, warga yang sudah divaksinasi meningkat dan warga yang sebelumnya terinfeksi Covid-19. “Sehingga ada 2 kemungkinan perubahan prevalensi ini dari 93 persen (serosurvei Desember) menjadi 99,2 persen, ini disebabkan vaksinasi atau karena infeksi atau mungkin karena keduanya, jadi cukup menjadi besar proporsinya antibodinya,” terangnya.

Selain itu, dari sisi kelompok umur, hasil serosurvei juga menunjukkan peningkatan, hampir seluruh kelompok umur sudah memiliki antibodi terhadap Covid-19. Dari hasil serosurvei terkini menunjukkan, 98,3 persen kelompok usia 1-11 tahun sudah memiliki antibodi dan100 persen kelompok usia 12-18 tahun sudah mempunyai antibodi.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi