Sabtu, 27/04/2024 - 08:44 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ACEH

Aceh Tengah Berpotensi Jadi Produsen Rokok Kretek dan Cerutu Terbesar di Aceh

ADVERTISEMENTS

TAKENGON – Para petani tembakau di Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah kini mulai sumringah, karena produk mereka berupa daun tembakau segar maupun tembakau rajangan sudah mulai punya pangsa pasar dan harganyapun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Membaiknya harga dan terbukanya peluang pasar tembakau Gayo ini, seiring dengan munculnya beberapa pabrik rokok kretek dan cerutu di daerah ini, yang produksinya mengalami peningkatan dari hari ke hari.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Saat ini, setidaknya sudah ada 5 perusahaan rokok dan cerutu berskala kecil dan menengah di Kabupaten Aceh Tengah yang sudah beroperasi dan berproduksi. Kelima perusahaan rokok tersebut adalah PD Kretek Gayo, PR Bako Gayo dan CV Refat Pratama yang memproduksi sigaret kretek tangan (SKT). Kemudian ada PR Gayo Mountain Cigar yang memproduksi rokok kretek tangan, rokok kretek mesin dan cerutu, serta PD SWY yang khusus memproduksi cerutu. Dengan keberadaan perusahaan rokok dan cerutu ini, Kabupaten Aceh Tengah berpotensi menjadi produsen rokok kretek dan cerutu terbesar di Aceh.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Banyak kemudahan bagi para produsen rokok di Gayo ini, diantaranya tersedianya bahan baku utama berupa tembakau dengan kualitas baik dengan kontinuitas produksi yang selalu terjaga. Beberapa jenis tembakau berkualitas yang ditanam oleh para petani di Dataran Tinggi Gayo diantaranya tembakau virginia, white burley dan tembakau jawa. Tembakau virginia sangat cocok untuk dibolah menjadi sigaret kretek jenis mild, tembakau white burley merupakan bahan baku cerutu berkualitas, sementara tembakau jawa cocok untuk dijadikan sigaret kretek tangan.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Bus Mudik Permata Tiba di Aceh Tamiang, Sugianto: Berjalan Lancar

Salah seorang produsen cerutu, Sri Waluyo yang merupakan owner SWY Cigar, ketika ditemui di rumah produksinya, Sabtu (23/7/2022) mengatakan, minatnya untuk memproduksi cerutu awalnya muncul ketika melihat fenomena rendahnya harga jual tembakau di daerahnya relatif rendah, padahal kualitas tembakau yang dihasilkan oleh petani Gayo sangat bagus.

ADVERTISEMENTS

“Dulu harga daun tembakau segar hanya berkisar 30 sampai 40 ribu per kilogramnya, dengan harga tersebut pendapatan petani sangat minim, karena biaya produksi juga sudah cukup tinggi, kemudian saya melihat ada beberapa jenis tembakau disini yang menurut referensi cocok untuk diolah menjadi cerutu, yaitu jenis virginia dan white burley,” ungkap Sri Waluyo.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Berangkat dari kondisi tersebut, Sri Waluyo dibantu beberapa orang tetangganya mulai mencoba membuat cerutu dari tembakau yang dibelinya dari petani tersebut. Tanpa diduka, hasil produksinya banyak diminati, terutama di kalangan para relasi dan kenalannya. Hal itu membuat Sri Waluyo semakin antusias untuk serius menaekuni bisnis ini, karena menurutnya memiliki prospek ekonomi yang cukup bagus.

“Ketika cerutu yang saya buat bersama teman-teman, saya perkenalkan ke beberapa relasi, ternyata mereka sangat berminat untuk mencobanya, menurut mereka cerutu buatan saya tidak kalah dengan cerutu impor, ini membuat saya makin semangat, karena kalau produksi saya tingkatkan, akan semakin banyak tembakau petani yang terserap dan perlahan harganya juga akan ikut terdongkrak,” lanjutnya.

Berita Lainnya:
Polda Aceh: Pemudik Harus Pastikan Kendaraan yang Digunakan Prima

Prediksi Sri Waluyo tidak meleset, permintaan produk cerutu yang terus meningkat, ikut mempengaruhi omset dan harga jual tembakau dari petani, bahkan kenaikannya sampai 100 persen, dari kisaran 30 sampai 40 ribu rupiah per kilogramnya, kini sudah mencapai 70 sampai 85 ribu rupiah per kilogramnya. Kenaikan harga daun tembakau ini juga didorong dengan munculnya beberapa perusahaan rokok kretek di daerah ini dan meningkatnya permintaan pasar akan produk olahan tembakau berupa tembakau hijau (bako ijo), yaitu tembakau rajangan yang memeprtahankan warna hijaunya sampai kering.

“Alhamdulillah, berkat usaha yang saya rintis ini dan juga dari teman-teman lain yang mulai memproduksi rokok kretek dan cerutu, harga jual tembakau dari petani ikut terdongkrak, begitu juga dengan penyerapan tenaga kerja, produksi cerutu dan rokok kretek di daerah kami ini telah membuka peluang kerja bagi para tenaga terampil” sambungnya.

Meski usaha cerutunya masih dalam skala kecil, namun Sri Waluyo ingin produknya legal di pasaran baik dari aspek izin usaha maupun kewajiban kepada pemerintah berupa cukai tembakau.

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi