Jumat, 26/04/2024 - 23:39 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Pernah Merasa Terjebak di Masa Lalu? Mungkin Anda Mengalami Imobilitas Kognitif

ADVERTISEMENTS

Peneliti menggambarkan imobilitas kognitif seperti semacam ketunawismaan mental.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Apakah Anda pernah merasa terjebak pada masa lalu? Jika keadaan ini terdengar familier, Anda mungkin pernah mengalami sejenis imobilitas kognitif.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Seorang peneliti doktoral di University of London, Ezenwa Olumba, menciptakan istilah tersebut pada 2022. Olumba menggambarkan, imobilitas kognitif seperti semacam ketunawismaan mental.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Singkatnya, Anda tidak dapat sepenuhnya merasa betah di satu tempat atau lainnya, hati dan pikiran Anda selalu terasa terbelah dua. Namun ia juga menekankan bahwa hal itu berkaitan dengan berbagai pengalaman hidup, misalnya memproses kehilangan orang yang dicintai.

ADVERTISEMENTS


Mengapa imobilitas kognitif terjadi?

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Gagasan imobilitas kognitif dikembangkan sebagai tanggapan terhadap teori migrasi kognitif, yang mengeksplorasi “perjalanan” mental yang mungkin Anda lakukan sebelum pindah ke tempat baru.


Migrasi kognitif membuat Anda secara mental memegang dua tempat di pikiran Anda untuk membandingkan dan membedakannya, mirip dengan imobilitas kognitif. Ini memainkan bagian penting dalam proses memutuskan apakah akan pindah.

Berita Lainnya:
Dimasak dengan Minyak Goreng Bekas, Makanan Jadi Mengandung Zat Perusak Otak


“Orang-orang cenderung membayangkan masa depan yang lebih positif daripada apa yang mungkin masuk akal untuk diharapkan. Bentrokan antara apa yang mereka hadapi versus kenyataan dari kondisi yang sering kali cukup sulit dapat menjadi sumber kesusahan yang serius,” kata peneliti senior di University of Eastern Finland dan salah satu pengembang asli teori migrasi kognitif, Saar Koikkalainen.


Dalam konteks yang lebih umum, imobilitas kognitif adalah cara pikiran Anda memproses perasaan yang kontradiktif. Di satu sisi, Anda mungkin sangat merindukan hubungan masa lalu dan ingin merebut kembali cinta yang hilang.


Namun, Anda mungkin memiliki alasan yang sangat bagus untuk mengakhiri hubungan, entah itu pengkhianatan, ketidakcocokan, atau bahkan keselamatan Anda. Jadi, bahkan saat Anda merasa ditarik ke masa lalu, Anda mungkin memiliki dorongan yang sama kuatnya untuk tetap berada pada masa sekarang.

Berita Lainnya:
Tips Mental Sehat Setelah Libur Lebaran, Hindari Kebanyakan Scrolling Medsos


Imajinasi Anda, kemudian, masuk untuk membantu mengisi keinginan bawah sadar Anda untuk berada di dua tempat sekaligus dengan merekonstruksi versi kehidupan lama Anda sebagai pengganti. Tentu saja, citra mental ini mungkin lebih merupakan replika yang cerah daripada penggambaran yang realistis.


Apa dampaknya?


Imobilitas kognitif dapat melelahkan Anda secara emosional dan membahayakan kesehatan mental Anda selama masa transisi. Ketika pikiran Anda terjebak di antara dua tempat, identitas Anda mungkin terasa terbagi, seolah-olah Anda memiliki banyak diri.


Perenungan dapat berkontribusi pada kecemasan sosial serta depresi, dan insomnia. Semua masalah ini dapat membuat sulit untuk berkomitmen pada hubungan baru. Isolasi sosial dan kesulitan penyesuaian juga dapat menyebabkan depresi.


Jika transisi Anda terjadi dalam keadaan traumatis, Anda mungkin juga mengalami gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD) yang lebih parah. Selain itu, imobilitas kognitif dapat mempersulit Anda untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidup Anda.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi