Jumat, 26/04/2024 - 21:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

Konflik Rusia-Ukraina, Pengamat Sebut Vladimir Putin Sedang Dilema

ADVERTISEMENTS

Rusia kesulitan menambah jumlah personel dan peralatan militer di Ukraina

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 SURABAYA — Pakar hukum internasional Universitas Airlangga, Radityo Dharmaputra, menyatakan setelah menjalani konflik dengan Rusia sekitar kurang lebih enam bulan, saat ini posisi Ukraina sedang di atas angin. Itu tak lain karena baru-baru ini pasukan Ukraina berhasil memukul mundur pasukan Rusia. Radityo menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin tidak bisa memobilisasi warga sipil untuk berperang.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


“Putin sampai detik ini tidak mau memobilisasi massa dalam jumlah banyak. Tidak mau mengakui kalau ini perang. Karena masyarakat Rusia sampai saat ini hanya mengetahui bahwa yang terjadi di Ukraina adalah ‘operasi spesial’ dan bukan perang,” ujarnya, Selasa (20/9/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Komite HAM PBB Soroti Putusan MK soal Gibran-Intimidasi Oposisi RI


Maka dari itu, lanjut Radityo, Putin hanya bisa mengerahkan kekuatan militer. Situasi ini membuat Rusia kesulitan menambah jumlah personel dan peralatan militer. Pengamat politik yang fokusnya di wilayah Eropa Timur itu menyatakan, sebelumnya Rusia tidak membayangkan pasukan Ukraina akan bertahan sekuat ini.

ADVERTISEMENTS


“Rusia tidak membayangkan Ukraina bertahan seberani dan sekuat sekarang,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Saat ini, lanjut Radityo, Putin sedang dilanda dilema. Ia hanya memiliki dua pilihan yakni mundur menarik pasukan atau maju menuju eskalasi konflik. Jika mundur, Putin harus mengakui operasi spesialnya gagal yang artinya membuat cengkeraman politik domestiknya berkurang.


Di sisi lain, lanjut Radityo, jika Putin memutuskan untuk terus maju maka ia harus mengatakan bahwa ini adalah perang. Sedangkan masyarakat Rusia belum tentu mendukung perang yang dimaksud. “Itu akan menjadi isu yang sangat berbeda. Dukungan masyarakatnya belum tentu ada,” ujar alumnus University of Glasgow tersebut.

Berita Lainnya:
Biden akan Teken Paket Bantuan, Segera Kirim Senjata ke Kiev


Radityo menilai setelah enam bulan berperang Rusia juga tidak mendapatkan keuntungan signifikan. Sebaliknya, Rusia mendapatkan sanksi dari berbagai negara karena perilakunya. “Aku nggak bisa lihat mereka gaining something out of this,” kata Radityo.


Sebaliknya, Ukraina disebutnya cukup diuntungkan dengan keputusan Rusia tersebut. Serangan Rusia justru menjadi momentum menyatukan masyarakat Ukraina. Selain itu, popularitas Zelenskyy sebagai presiden Ukraina juga naik dengan adanya perang ini. “Sebelum perang, dia (Zelenskyy) tidak sepopuler itu,” ujarnya.


 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi