Jumat, 26/04/2024 - 19:56 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

Polisi Moral Iran dan Gejolak Kematian Mahsa Amini

ADVERTISEMENTS

Polisi moral di Iran wajibkan hijab, larang celana ketat hingga pakaian warna cerah

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

TEHERAN – Iran tengah menjadi sorotan dunia. Kematian Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun telah memantik gelombang demonstrasi di sana. Amini diduga tewas akibat dianiaya “polisi moral” Iran. Sebelumnya dia ditangkap karena tak mengenakan hijab yang dianggap ideal.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Amini ditangkap polisi moral Iran di Teheran pada 13 September lalu. Setelah ditangkap, Amini tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Iran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini mendadak mengalami masalah jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya meninggal pada 16 September.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Polisi moral di Iran memberlakukan aturan berpakaian yang mengharuskan perempuan mengenakan hijab di depan umum. Polisi moral juga melarang celana ketat, jin robek, pakaian berwarna cerah, dan pakaian yang memperlihatkan lutut. Aturan berpakaian telah ada sejak revolusi Iran tahun 1979.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Korsel Protes Pemimpin Jepang Beri Penghormatan di Kuil Yasukuni

Menurut peneliti senior Human Rights Watch Divisi Timur Tengah dan Afrika Utara Sepehri Far mengatakan, polisi moral Iran adalah aparat penegak hukum dengan akses ke kekuasaan, senjata, dan pusat penahanan. Mereka juga memiliki kendali atas “pusat reedukasi” yang baru-baru ini diperkenalkan.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Pusat-pusat itu bertindak sebagai fasilitas penahanan. Perempuan, dan terkadang laki-laki Iran, ditahan di sana karena gagal mematuhi aturan negara tentang norma kesopanan. Di pusat reedukasi, tahanan perempuan biasanya diberikan kelas tentang Islam dan pentingnya pemakaian hijab. Setelah itu mereka akan diperintahkan menandatangani perjanjian untuk mematuhi peraturan pemerintah terkait tata busana sebelum dibebaskan.

“Akan sulit untuk menemukan rata-rata wanita Iran atau keluarga biasa yang tidak memiliki kisah interaksi dengan (polisi moral dan pusat reedukasi),” kata Sepehri Far, dikutip laman CNN.

Berita Lainnya:
Rusia Banjir Parah, Ribuan Warga Dievakuasi

Sementara itu, Direktur Eksekutif Center for Human Rights Hadi Ghaemi mengungkapkan, anggota polisi moral kerap melakukan penahanan sewenang-wenang terhadap perempuan Iran yang tak mengenakan hijab. “Perempuan-perempuan itu kemudian diperlakukan seperti penjahat, dihukum karena pelanggaran mereka, difoto dan dipaksa untuk mengikuti kelas tentang cara memakai jilbab yang benar dan moralitas Islam,” ucapnya.

Merespons kematian Mahsa Amini, perempuan-perempuan Iran turut turun ke jalan dan bergabung dalam demonstrasi. Mereka membakar hijab beramai-ramai sebagai bentuk protes dan perlawanan. Sebagian dari mereka bahkan memotong rambutnya dan membagikan videonya di media sosial. Sedikitnya 17 orang sudah dilaporkan tewas akibat tindakan represif aparat keamanan Iran terhadap massa pengunjuk rasa.


Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi