Jumat, 26/04/2024 - 18:03 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

AMERIKAINTERNASIONAL

AS Serukan Warganya Tinggalkan Rusia

ADVERTISEMENTS

AS serukan warganya segera meninggalkan Rusia terutama yang berkewarganegaraan ganda

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

WASHINGTON – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah menyerukan warganya yang berada di Rusia untuk segera meninggalkan negara tersebut agar terhindar dari wajib militer. Seruan tersebut terkhususkan kepada mereka yang berkewarganegaraan ganda AS-Rusia.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Deplu AS mengungkapkan, bagi warga yang ingin meninggalkan Rusia, opsi penerbangan komersial terbatas. “Jika Anda ingin meninggalkan Rusia, Anda harus membuat pengaturan independen sesegera mungkin,” katanya dalam sebuah pernyataan, Rabu (28/9/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Moskow turut merilis peringatan kepada warga AS yang juga memiliki kewarganegaraan Rusia. “Rusia dapat menolak untuk mengakui kewarganegaraan ganda AS, menolak akses mereka ke bantuan konsuler AS, mencegah keberangkatan mereka dari Rusia, dan wajib militer berkewarganegaraan ganda untuk dinas militer,” katanya.

ADVERTISEMENTS

Kedubes AS di Moskow mengaku kemampuannya untuk membantu warga AS di Rusia sangat terbatas. Mereka khawatir situasinya akan semakin memburuk di kemudian hari. Saat ini terdapat kebijakan wajib militer bagi warga Rusia. Hal itu membuat warga di sana “kabur” ke negara-negara tetangga Rusia, termasuk Eropa.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Bank Sentral Israel Minta Ultra-Ortodoks Yahudi Ikut Perang

Pada Selasa (27/9/2022) lalu, Kazakhstan mengungkapkan, mereka telah menerima kedatangan 98 ribu warga Rusia. Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengatakan, negaranya berkomitmen melindungi warga Rusia yang “kabur” untuk menghindari “situasi tanpa harapan”. Pernyataan Tokayev cukup janggal karena dia merupakan sekutu Vladimir Putin.

Sementara itu, badan perbatasan Uni Eropa, Frontex, mengungkapkan, warga Rusia yang memasuki wilayah mereka meningkat signifikan. “Selama sepekan terakhir, hampir 66 ribu warga Rusia memasuki Uni Eropa, lebih dari 30 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Sebagian besar dari mereka tiba di Finlandia dan Estonia,” kata Frontex dalam sebuah pernyataan pada Selasa lalu.

Frontex mengungkapkan, selama empat hari terakhir saja, 30 ribu warga Rusia telah tiba di Finlandia. Menurut Frontex, mayoritas warga Rusia yang menyeberang ke Uni Eropa memiliki izin tinggal, visa, atau memiliki kewarganegaraan ganda.

“Frontex memperkirakan bahwa penyeberangan perbatasan ilegal kemungkinan akan meningkat jika Federasi Rusia memutuskan untuk menutup perbatasan untuk calon wajib militer,” kata Frontex seraya menambahkan bahwa dalam jangka panjang peningkatan tinggal ilegal oleh warga Rusia di Uni Eropa juga mungkin terjadi.

Berita Lainnya:
Irak Peringatkan Bahaya Eskalasi Militer di Konflik Israel-Iran

Pada Senin (26/9/2022) lalu, Uni Eropa, yang beranggotakan 27 negara, mulai membahas tentang bagaimana memperlakukan wajib militer Rusia. Namun sejauh ini mereka belum menemukan kesepakatan.

Pada 21 September lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan tentang mobilisasi militer parsial di Rusia. “Kita berbicara tentang mobilisasi parsial, yaitu warga negara yang memenuhi syarat saat ini akan dikenakan wajib militer, dan mereka yang bertugas di angkatan bersenjata dengan spesifikasi militer tertentu serta pengalaman yang relevan,” kata Putin dalam pidato pengumumannya.  

Putin mengatakan, keputusan untuk mobilisasi parsial bertujuan untuk melindungi Rusia dan seluruh rakyatnya. “Ini untuk melindungi tanah air kita, kedaulatan dan integritas teritorialnya, guna memastikan keamanan rakyat kita dan orang-orang di wilayah yang dibebaskan,” ucapnya.

Kata-kata “wilayah yang dibebaskan” yang disinggung Putin dalam pernyataannya mengacu pada wilayah Ukraina yang kini sudah berada di bawah kontrol pasukan Rusia. Konflik Rusia-Ukraina sudah berlangsung selama tujuh bulan. Belum ada tanda-tanda kedua negara akan terlibat dalam negosiasi perdamaian maupun gencatan senjata.


sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi