Jumat, 24/05/2024 - 06:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Perubahan Iklim Berdampak pada Kesehatan Reproduksi Wanita Hingga Kelahiran Bayi

Perubahan iklim paling dominan dirasakan kelompok wanita dan anak.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 JAKARTA — Wakil Dekan Universitas Indonesia Milla Herdayati mengatakan dampak perubahan iklim banyak dirasakan oleh kelompok rentan, yakni perempuan dan anak-anak. “Dampak perubahan iklim ini banyak dirasakan perempuan dan anak-anak,” kata Wakil Dekan UI Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi Umum Milla Herdayati dalam webinar “Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan Reproduksi”, di Jakarta, Kamis (14/10/2022).

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


Menurut dia, perubahan iklim berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi, yaitu pada proses kehamilan, janin, hingga bayi yang dilahirkan. Milla mengatakan, perubahan iklim berpengaruh pada frekuensi abortus dan kelahiran prematur yang kejadiannya adalah 20,6 per 1.000 kelahiran hidup dan 6,7 dari 100 kelahiran.

Berita Lainnya:
Hubungan Seksual di Luar Nikah Meningkat, BKKBN: Waspada!


“Ini terjadi di India. Kemudian kejadian autisme di Finlandia dengan risiko sekitar 2,21 dan cacat lahir di China dengan risiko 6,5 sampai 7,18,” kata Milla.


Bencana kekeringan juga berpengaruh pada kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di Bangladesh dan Malawi dengan penurunan sekitar 88,5 gram. Sementara cuaca ekstrim seperti badai Hurricane juga berpengaruh pada BBLR, kelahiran prematur, fetal distress, fetal death, dan post traumatic stress disorder (PTSD). 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Pentingnya Membangun Ketahanan Anak Terhadap Perubahan Iklim  


“Ini banyak terjadi di Amerika Serikat, Thailand dan Polandia,” kata Milla.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Menurut dia, perubahan iklim tersebut memberikan ‘kontribusi’ terbesar terhadap kematian ibu dan anak di berbagai negara, termasuk Indonesia. Milla menambahkan, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam menangani masalah perubahan iklim ini. Menurut dia, diperlukan kolaborasi banyak pihak, baik pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat sipil, industri dan pihak swasta.

sumber : Antara

ADVERTISEMENTS

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi