Selasa, 07/05/2024 - 05:09 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Hindari KDRT, Psikolog: Me Time Dapat Bantu Jaga Emosi Tetap Stabil

ADVERTISEMENTS

Pasangan suami istri perlu mengelola emosi agar tidak berujung pada KDRT.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

JAKARTA — Psikolog mengatakan ada beberapa cara yang bisa dipraktikkan para pasangan suami istri untuk mengelola emosi dalam pernikahan agar tidak berujung kepada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Salah satunya adalah meluangkan waktu untuk diri sendiri (me time) guna menjaga emosi tetap stabil.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Luangkan waktu untuk me time agar kondisi emosi lebih stabil dan bisa me-refresh mood,” kata psikolog klinis dewasa Annisa Prasetyo Ningrum dari Universitas Indonesia.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Annisa mengatakan, saat sedang marah, sebaiknya jauhi sejenak sumber emosi. Cobalah untuk menenangkan diri.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh


Cara yang bisa dipraktikkan adalah dengan mengatur napas sehingga tubuh lebih santai dan kemarahan menjadi berkurang. Annisa menyarankan untuk mengidentifikasi apa sumber yang memicu kemarahan, apa hal yang dirasakan, serta apa yang diharapkan.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Ajarkan Kemampuan Mengontrol Diri, Jangan Sampai Anak Kena Gaming Disorder

“Ketika emosi sudah lebih tenang, baru coba diskusikan masalah dengan pasangan,” ujar anggota Ikatan Psikologi Klinis Jawa Barat itu.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Berikan penjelasan kepada pasangan mengenai perasaan dari sudut pandang masing-masing, lalu ungkapkan apa yang diharapkan agar situasi kembali membaik. Diskusi dengan pasangan dilakukan bukan untuk saling mencari pembenaran, tetapi untuk mencari jalan keluar dari masalah.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Sebagai pasangan suami istri, kompromi perlu dilakukan dan setiap orang harus memahami bahwa tidak ada pasangan yang sempurna. Semua orang pasti memiliki kekurangan dan hal itu harus diterima.

Annisa berpesan untuk tidak gengsi atau malu untuk meminta maaf bila memang seseorang bersalah. Bila butuh penengah, pasangan suami istri dapat meminta masukan dari keluarga bahkan bantuan profesional seperti psikolog atau konselor pernikahan, terutama bila diskusi antara suami dan istri tak kunjung membuahkan hasil yang diharapkan.

Berita Lainnya:
Kemenkes: Edukasi Penting untuk Singkirkan Stigma Tentang TBC


Mengenali calon pasangan

Untuk orang-orang yang sedang mencari pasangan untuk berumah tangga, Annisa menyarankan untuk mengenali lebih dalam karakter pasangan dan mengamati apakah ada “sinyal” berbahaya yang menunjukkan tendensi kekerasan. Menurut dia, terkadang sulit untuk mengidentifikasi apakah seseorang berpotensi melakukan kekerasan setelah berumah tangga atau tidak.


Sebab, biasanya awal hubungan berjalan baik dan lancar. Namun, ada beberapa “sinyal” yang bisa jadi pertimbangan sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan.

“Beberapa hal yang bisa menjadi red flags seseorang berpotensi melakukan kekerasan di antaranya bersikap kasar atau membuat orang lain merasa takut atau terintimidasi,” jelas dia.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi