Senin, 06/05/2024 - 20:52 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Dilema Perkara Sambo antara Motif dan Rencana Bunuh

ADVERTISEMENTS

OLEH: DJONO W OESMAN

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

SIDANG Sambo bakal perang argumen: Perlu atau tidak, motif. Di eksepsi Sambo pekan lalu, bahwa dakwaan jaksa tidak jelas. Pelecehan Yosua terhadap Putri Candrawathi tidak detail. Perkara harus dibatalkan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Eksepsi Sambo begini: Brigadir Yosua melecehkan istri Sambo, Putri Candrawathi di rumah pribadi Sambo di Magelang, Jawa Tengah, pada Kamis, 7 Juli 2022.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Esoknya, Yosua bersama rombongan kembali ke Jakarta. Menuju rumah Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan. Lalu, karena Yosua melecehkan Putri itulah, Yosua dibunuh di Duren Tiga, Jumat, 8 Juli 2022 sekitar pukul 17.17 WIB.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Eksepsi Sambo: Jaksa tidak detail di penyebab perkara (pembunuhan).

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Ternyata, pakar hukum, Prof Gayus Lumbuun (mantan Hakim Agung) kepada pers, Minggu, 23 Oktober 2022, mengatakan: latar belakang, atau motif, dalam perkara Sambo, tidak penting. Hakim bisa mengabaikan motif.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Sebab, Sambo didakwa pembunuhan berencana, Pasal 340 KUHP (dakwaan primer).

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Prof Gayus: “Dalam teorinya, semua pembunuhan berencana pasti didasarkan, atau dilandasi, karena sakit hati, benci, atau marah. Itu sudah pasti. Hampir seluruhnya, ya. Jadi, tidak perlu dibuktikan lagi motifnya.”

Pernyataan Gayus itu menghebohkan buat masyarakat awam. Selama ini masyarakat yang mengikuti perkara Sambo, selalu bertanya motif. Umumnya, dalam kriminalitas, motif adalah faktor penting. Sebagai gambaran kronologi, sampai terjadinya suatu tindak pidana.

Berita Lainnya:
PPK Kemayoran Dirikan Posko Pengamanan di 6 Titik Hadapi Libur Lebaran

Sambo, yang didampingi kuasa hukum, pun mengarah ke situ. Mengarah ke “faktor pencetus” terjadinya pembunuhan. Logikanya, tanpa “faktor pencetus”, barangkali pembunuhan tidak terjadi.

Benarkah logika hukum itu? Ataukah motif tidak penting?

Sebagai pembanding, perkara Sambo persis perkara “Kopi Sianida” pada tahun 2016. Sama-sama perkara pembunuhan. Sama-sama pembunuhan berencana, Pasal 340 KUHP.

6 Januari 2016, Wayan Mirna Salihin (saat itu usia 27) meninggal setelah minum kopi es Vietnam di Olivier Café, Grand Indonesia, Jakarta. Mirna ngopi bersama teman, Hani dan Jessica Kumala Wongso.

Terbukti kemudian, Jessica menuangkan racun sianida ke gelas kopi Mirna. Jessica didakwa pembunuhan berencana, Pasal 340 KUHP.

Sidangnya seru. Sekitar sembilan bulan. Untuk membuktikan Jessica membunuh dengan direncanakan. Dua saksi ahli, berbeda pendapat soal motif. Berdebat, antara perlu dan tidak. Sangat seru.

Saksi ahli, Dosen Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, Malang, Masrukin Ruba’i, intinya berpendapat, bahwa motif dalam pembunuhan berencana, tetap perlu dibuktikan.

Kamis, 29 September 2016, pada sidang, Masrukin mengatakan, Pasal 340 KUHP berangkat dari motif, niat, dan adanya perbuatan.

Masrukin: “Untuk melihat unsur sengaja membunuh itu, bisa dilihat dari motif. Niatan untuk perbuatan membunuh, harus ada ‘apa-apa’-nya (motif). Kalau tidak ada motif, maka tidak mungkin orang berbuat sesuatu.”

Berita Lainnya:
Polda Jabar Perpanjang One Way dari Puncak ke Arah Jakarta pada H+2

Maka, hakim harus bisa membuktikan, bahwa ada motif terdakwa untuk membunuh korban. (waktu itu motif tidak bisa dibuktikan).

Saksi ahli lain, Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Prof Eddy O.S Hiariej, menyatakan, sebaliknya. Tidak perlu motif. Asal, bisa dibuktikan, bahwa ada perencanaan pembunuhan.

Prof Eddy, mengutip pendapat Prof Jan Remmelink, penulis hukum Belanda yang kita adopsi sebagai KUHP, sampai sekarang. Menurut Prof Remmelink, khusus di Pasal 340 KUHP, penyidik atau hakim harus: “Menempatkan motif pelaku sejauh mungkin, di luar perumusan delik”.

Artinya, motif tidak penting. Tidak dipakai pun tidak apa-apa. Yang penting, unsur perencanaan pembunuhan. Harus terbukti.

Prof Remmelink adalah Jaksa Agung Dewan Tinggi Belanda 1968 hingga 1989. Ia mengepalai komite pemerintah Belanda tentang euthanasia yang merilis studi resmi pertama praktik euthanasia di Belanda pada 1991.

Syarat pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP), harus ada tiga unsur:

Pertama, pelaku ketika memutuskan kehendak untuk melakukan, harus dalam keadaan tenang. Kedua, ada tenggang waktu yang cukup antara memutuskan kehendak, dengan melaksanakan perbuatan. Ketiga, pelaksanaan perbuatan dilakukan dalam keadaan tenang.

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi