Sabtu, 27/04/2024 - 00:18 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Karyawan Takut Mengakui Masalah Kesehatan Mental di Tempat Kerja, Ini Alasannya

ADVERTISEMENTS

Ada alasan karyawan enggan membicarakan masalah apa pun, termasuk kesehatan mental.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Sebagian karyawan di Inggris dan Amerika Serikat ditengarai mengidap depresi atau kecemasan, namun hanya sedikit yang mengakuinya kepada perusahaan tempat mereka bekerja. Bahkan, karyawan tetap enggan mengakui ketika mengambil cuti untuk mengatasi kondisinya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Hal itu terungkap dalam penelitian yang digagas oleh pengembang aplikasi kesehatan mental kecerdasan buatan, Wysa. Berdasarkan studi itu, sekitar 35 persen pekerja yang berusia 16 hingga 65 tahun mengalami depresi sedang hingga berat atau gejala kecemasan yang parah.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Guru Besar UI: Penjualan dan Penggunaan Antibiotik Harus Terkontrol

Hanya 13 persen responden yang mengatakan bahwa mereka akan merasa nyaman jika mengakui kepada pemberi kerja bahwa mereka butuh waktu istirahat untuk memulihkan kesehatan mental. Sebanyak 67 persen telah mengambil cuti karena kesehatan mental yang buruk, tapi berbohong kepada bos terkait alasannya.

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

 

Masalah yang ada dinilai sangat akut di kalangan anak muda, karena hampir setengah responden mengidap kecemasan sedang atau berat (44 persen) serta depresi (46 persen). Tak cuma anak muda, hampir semua kelompok usia enggan mengutarakan masalah kesehatan mental atau meminta dukungan organisasi.

Berita Lainnya:
Mengenal Bahaya Atrial Fibrilasi, yang Buat Seseorang Sering Merasa Sempoyongan

Mayoritas responden (81 persen) lebih memilih untuk berkonsultasi dengan aplikasi daripada berbicara dengan tim SDM di perusahaan, tentang masalah kesehatan mental. Direktur pelaksana Wysa di Britania Raya, Ross O’Brien, menyeru kepada perusahaan agar memberikan dukungan kesehatan mental yang memadai kepada karyawan.

“Terlepas dari kenyataan bahwa orang-orang jelas mengalami kesusahan dan kadang-kadang menghadapi gejala kecemasan dan depresi yang parah, mereka enggan untuk berbicara,” ucap O’Brien, seperti dikutip dari laman HR Magazine, Senin (9/1/2023).

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi