Jumat, 26/04/2024 - 19:33 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Bayi AS Alami Ketoasidosis, Kelaparan Akibat Ibunya Berikan Susu Almond Buat Pengganti ASI

ADVERTISEMENTS

Ahli gizi anak di AS mendeskripsikan bahaya kesalahan pemberian nutrisi pada bayi.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Seorang ibu di Miami, Florida, Amerika Serikat membuat bayinya kelaparan setelah mengikuti saran yang didapatnya di media sosial. Ibu tersebut memberikan susu almond untuk bayinya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Sekitar lima tahun lalu, ahli gizi anak Marina Chaparro mendapati bayi tersebut dirawat dengan gejala seperti penurunan berat badan dan muntah. Bayi itu menderita ketoasidosis, suatu kondisi yang berpotensi fatal yang terjadi ketika tubuh mulai memecah asam lemak untuk energi, melepaskan keton, dan membuat darah menjadi asam yang berbahaya.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Awalnya, Chaparro dan rekan dokternya yang bekerja di unit endokrinologi anak mengira bayi tersebut menderita diabetes tipe 1, penyebab umum ketoasidosis. Akan tetapi setelah serangkaian tes, mereka menemukan bahwa kondisi bayi itu bukan disebabkan oleh diabetes, tetapi karena kelaparan.

ADVERTISEMENTS

Chaparro yang kini menjalankan praktik dwibahasa untuk anak-anak dan nutrisi keluarga mengatakan bahwa pengalaman tersebut telah melekat padanya selama bertahun-tahun. Ia menggambarkan betapa berbahayanya kesalahan informasi medis yang beberapa tahun terakhir semakin meluas.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Tenggorokan Nyeri, Kapan Harus Curiga Itu Gejala Kanker?

Susu almond memang dapat dimasukkan ke dalam sebagian besar makanan balita. Namun, menurut American Academy of Pediatrics, susu almond tidak memiliki nutrisi yang tepat untuk menggantikan air susu ibu (ASI) atau susu formula khusus bayi di bawah satu tahun. Begitu pula susu sapi atau pengganti non-susu lainnya.

“Susu formula bayi sangat sulit untuk dibuat ulang, sangat sulit untuk menghasilkan keseimbangan nutrisi seperti yang dipelajari para ilmuwan makanan selama bertahun-tahun. Belum lagi risiko kontaminasi silang dan infeksi saat membuat susu formula sendiri,” kata Chaparro, dilansir Insider, Selasa (24/1/2023).

Ibu bayi itu, menurut Chaparro, melakukan yang terbaik yang dia bisa. Mungkin, ketika itu, sang ibu menganggap susu almond aman untuknya dan mengira susu tersebut juga baik untuk bayinya.

Chaparro mengatakan bayi itu akhirnya baik-baik saja. Bayi tersebut dapat pulang setelah beberapa hari mendapatkan nutrisi yang sesuai.

Pengalaman tersebut membuat Chaparro menyadari betapa banyaknya pesan diet semacam itu dalam budaya zaman sekarang. Ia mencermati banyak yang mendengarkan informasi keliru tersebut lalu menerapkannya ke anak-anak dan keluarga, sementara itu belum tentu cocok bagi mereka.

Berita Lainnya:
Faktor Ras dan Keturunan Jadi Risiko Utama Anak Kena Alergi

Belum lama ini, orang tua lainnya juga telah beralih ke resep internet untuk membuat sendiri susu formula di tengah kelangkaan produk yang terjadi pada tahun lalu. Seorang dokter ruang gawat darurat Texas Timur, Owais Durrani, memaparkan konsekuensi dari hal tersebut, seperti kelesuan dan kejang, kejadian yang telah dia saksikan secara langsung.

Dalam beberapa kasus, orang tua mengencerkan susu formula untuk bayinya dalam upaya menghemat stoknya. Padahal, itu mengurangi keseimbangan elektrolit yang dapat menyebabkan rendahnya natrium pada bayi. Pada gilirannya, itu dapat menyusutkan volume darah bayi, menyebabkan tekanan darah rendah dan tingkat oksigen yang bersirkulasi rendah hingga mengancam jiwa.

“Regulasi susu formula pada dasarnya hampir sama dengan obat yang diresepkan mengingat bahan di dalamnya, itu penting untuk memastikan keamanannya bagi ginjal bayi yang tengah berkembang, hati mereka, elektrolit mereka, semuanya dalam keseimbangan yang sangat baik,” jelas dr Durrani.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi