Kamis, 02/05/2024 - 05:38 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Cegah Penyakit Jantung Bawaan pada Anak, Ibu Hamil Perlu Lakukan Ini

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Penyebab dari penyakit jantung bawaan (PJB) pada anak tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor risiko yang bisa dihindari selama kehamilan untuk mencegah anak lahir dengan PJB.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Spesialis anak dr Rizky Adriansyah MKed mengatakan, ada faktor risiko PJB anak pada masa kehamilan ibu, tetapi bukan berarti hubungan itu berupa sebab akibat. Ada begitu banyak faktor risiko, tetapi setidaknya terdapat tiga faktor yang gencar dibahas di banyak literatur belakangan ini.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Kalau penyebab tidak diketahui, tapi faktor risiko ada misalnya infeksi rubella, kekurangan asam folat, dan ibu hamil mengonsumi obat-obatan seperti untuk kejang,” kata dokter Rizky yang juga Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dalam webinar, Selasa (14/2/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Ketiga faktor itu bisa mengakibatkan gangguan pada proses pembentukan janin. Sebelumnya, diketahui bahwa ibu perokok dan meminum alkohol, termasuk ke dalam faktor risiko bayi lahir dengan PJB. Akan tetapi, ternyata banyak kasus ibu yang tidak merokok juga melahirkan anak dengan PJB.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Kenali Lima Risiko Kesehatan yang Sering Terjadi Saat Ibadah Haji

Cara mencegahnya bisa dengan tidak melewatkan vaksin rubella. Tujuannya agar selama kehamilan, ibu tidak terkena infeksi apa pun. Penting pula bagi ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi dan suplemen asam folat selama kehamilan.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Ini penting kalau ditanya pencegahannya saat ibunya hamil. Kalau sudah pada bayi kan sudah tidak bisa dicegah,” kata dr Rizky.

PJB merupakan penyumbang terbesar kedua (17 persen) setelah prematuritas sebagai penyebab kematian pada masa neonatus, menurut data di Indonesia pada 2017. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), satu dari 100 bayi baru lahir menderita PJB dengan 25 persennya merupakan PJB kritis atau dua hingga empat per 1.000 kelahiran hidup.

Menurut drRizky, tidak sampai 50 persen kasus tersebut yang tertangani di Indonesia karena sejumlah faktor. Hal itu bisa karena akses, sarana pemeriksaan, keterbatasan SDM dokter, maupun rendahnya kesadaran masyarakat.

Berita Lainnya:
5 Hal Penting yang Harus Diperhatikan Pemudik dengan Kendaraan Pribadi

Untuk anak yang ada gejalanya, bisa dilakukan pemeriksaan ekokardiografi. Saat ini, pemeriksaan oksimetri bisa dibilang sensitif, lebih cepat, dan murah dengan dipasang di tangan kanan dan kaki kiri.

Keterlambatan diagnosis masih menjadi masalah di Indonesia. Pemeriksaan paling sederhana bisa melalui oksimeter, atau dengan stetoskop, jika terdengar murmur, maka harus berpikir memeriksakan jantungnya.

Gejala klinis PJB di antaranya kenaikan berat badan yang lambat. PJB kritis bisa dijumpai di usia minggu pertama, 24-48 jam.

Dr Rizky menyebut, edukasi pemeriksaan dapat disaksikan di laman Youtube “Sehatkan Jantung Anak Indonesia”. Menurut dia, tenaga kesehatan seperti bidan bisa dapat melakukan pemeriksaan terkait, tidak sampai lima menit. Diharapkan orang tua dan wilayah daerah bisa segera membantu mendeteksi dini kasus jantung pada anak.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi