Rabu, 22/05/2024 - 02:49 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Kelamaan Main Gadget, Mengapa Anak Malah Jadi Tantrum?

Anak balita menangis saat tantrum (ilustrasi). Terlalu lama main gawai dapat memicu tantrum pada anak.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

JAKARTA — Orang tua perlu membatasi waktu anak menggunakan gadget. Sebab, bermain menggunakan gawai dalam waktu lama dapat memicu munculnya perilaku negatif, seperti tantrum, pada anak.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

“Anak yang menonton atau mendapatkan paparan gadget lebih dari 20 menit, 66 persen mengalami tempered tantrum karena penggunaan atau paparan gadget terlalu lama akan mengubah perilaku menjadi negatif,” kata dokter yang biasa disapa Trisna itu dalam diskusi daring yang diikuti dari Jakarta pada Selasa.​​​​​​

Dokter Trisna menjelaskan bahwa anak-anak bisa tantrum karena tidak suka ada perubahan mendadak saat melakukan hal yang disukai. Itu dapat terjadi ketika orang tua meminta anak beralih ke aktivitas lain semasa si kecil asyik bermain menggunakan gawai.

Berita Lainnya:
Anak Kecanduan Game, Dokter Ibaratkan 'Rem Mobil Blong', Ortu Harus Apa?

Selain itu, lanjut dr Trisna, anak-anak juga bisa tantrum jika mengalami infeksi, gangguan tidur, lelah, atau lapar serta belum punya keterampilan menanggulangi perasaan sendiri. Dokter lulusan Universitas Udayana itu mengatakan bahwa tantrum dapat terjadi pada anak usia 18 bulan sampai empat tahun.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Menurut dr Trisna, lama dan frekuensi tantrum akan berkurang seiring dengan pertambahan usia anak. Ia menjelaskan, tantrum merupakan bagian dari perkembangan emosional normal pada anak, tetapi bisa menjadi abnormal jika berlanjut dan tidak diintervensi.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Pentingnya Orang Tua Mengelola Emosi, Bisa Berpengaruh Terhadap Pengasuhan

Oleh sebab itu, dr Trisna mengatakan, penting bagi para orang tua untuk mengetahui tahapan perkembangan emosional anak berdasarkan usia. Menurut dia, anak pada usia 15 bulan sudah bisa merasakan kesedihan dan emosi orang lain, pada usia 22 bulan sudah bisa menentang jika dilarang, dan pada usia dua tahun sudah bisa mengendalikan emosi.

“Usia tiga tahun sudah bisa berbagi dengan orang lain tanpa diminta, empat tahun sudah bisa menunjukkan rasa bahagia, takut, marah, karena perkembangan emosional sudah terbentuk dengan baik,” katanya.

ADVERTISEMENTS

sumber : Antara

ADVERTISEMENTS

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi