Sabtu, 04/05/2024 - 11:44 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Kasus AP Hasanuddin DinilaiAkibat Kondisi Internal BRIN

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) belakangan menjadi sorotan publik akibat seorang peneliti mengeluarkan ancaman terhadap salah satu kelompok agama di Indonesia. Persoalan tersebut disebut muncul karena persoalan ekosistem riset baru yang belum dapat diwujudkan hingga kini.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

“Peneliti seperti mengalami disorientasi, sehingga tidak fokus pada bidang risetnya dan cenderung terbawa arus untuk bicara yang bukan kepakarannya,” ujar peneliti utama tata kelola dan konflik pada Pusat Riset Pemerintahan Dalam Negeri (PRPDN) BRIN, Poltak Partogi Nainggolan, kepada Republika, Jumat (28/4/2023).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Menurut Poltak, peneliti jadi sulit membedakan sumber data yang obyektif atau tidak di dalam unggahannya hanya karena ingin cepat berpendapat dan dinilai well-informed. Dia menilai, persoalan juga dapat terjadi akibat upaya peleburan 11 ribu lebih peneliti dari seluruh institusi kementerian dan lembaga lintas disiplin dan kepakaran.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Komnas HAM Prihatin Banyak Terjadi Aksi Kekerasan di Papua
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Dengan leadership dan management yang tidak cakap, termasuk urusan personil, akan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru,” jelas dia.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Poltak mengatakan, pernyataan kedua peneliti BRIN yang dipersoalkan itu menjadi opini yang subyektif dan tidak ilmiah, yang keluar dari kontrol kepakarannya. Menurut dia, kondisi realistis yang tengah berlangsung di ekosistem baru BRIN dapat mempengaruhinya. Jika tidak diperbaiki, kata dia, maka perkembangan yang lebih memprihatinkan bisa terjadi.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Antara lain, yang saya lihat sendiri, akibat pimpinan BRIN terus ngotot dengan hasil kerja minimal (HKM) sebagai luaran kinerja, dalam kondisi terancam sanksi PHK jika tidak terpenuhi, peneliti BRIN akan terjebak dalam manipulasi karya,” jelas dia.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Peneliti, kata dia, seolah memiliki banyak karya publikasi di jurnal-jurnal internasional, padahal karya tersebut bukan ditulis oleh mereka, melainkan karena mereka ikut membayar atau kontribusi uang sebesar jutaan rupiah. Dia menjelaskan, itu kasus yang sama dengan praktik perjokian yang berkembang di kampus terkait dengan penerbitan karya di berbagai jurnal internasional.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh
Berita Lainnya:
6 Area Wisata Indonesia Rampung Jalani Pelatihan Bahasa Inggris

“Praktik ini berlangsung atau dilakukan terang-terangan. Saya bisa berikan bukti. Banyak yang nawarkan saya untuk ikut praktik ini dengan memberiksn diskon! Sebagai konsekuensinya, saya sungguh amat memprihatinkan masa depan dunia riset Indonesia,” kata dia.

Poltak menambahkan, permintaan kontribusi yang yang biasa disebut Article Price Contribution (APC) jadi bisnis. Sementara tunjangan kinerja peneliti lebih rendah dari yang diterima pejabat Eselon II. Tragisnya, kata dia, BRIN menerima dan mengakui jurnal-jurnal internasional tersebut dalam penilaian karya atau kinerja di E-Penelitinya.

“Sehingga, jadilah kita, peneliti Indonesia, sebagai korban neo-liberalisme di dunia riset!” ujar Poltak.

Dari daftar di bawah ini, mana nih Hape favorit Kamu?

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi