Pendapat itu dibuktikan dari segi aset, UUS Maybank Indonesia konsisten mencatatkan pertumbuhan. Pada 2017, asetnya masih sekitar Rp 27,12 triliun dan pada 2019 menjadi Rp 32,62 triliun. Angkanya bertambah menjadi Rp 35,26 triliun pada 2020 dan sebesar Rp 35,88 triliun pada 2021.
Data terbaru pada kuartal ketiga 2022, total aset UUS Maybank Indonesia mencapai Rp 39,66 triliun. Angka itu sekitar 25,68 persen dari total aset Maybank Indonesia. Capaian tersebut menempatkan UUS di Maybank dengan porsi syariah tertinggi di Indonesia. Bahkan, angkanya mencapai tiga kali lipat lebih tinggi dari rata-rata nasional market share perbankan syariah di angka tujuh persen.
Mengapa porsi syariah di Maybank Indonesia tinggi? Hal itu berkat strategi Shariah First. UUS Maybank selalu mengedepankan solusi keuangan syariah di semua lini bisnis dan mencoba menawarkan solusi syariah secara terbuka untuk semua nasabah. Tidak ketinggalan dan terpenting adalah mengedepankan kelengkapan fitur dan kepatuhan prinsip syariah.
Taswin menganggap, pertumbuhan UUS Maybank menjadi bukti perbankan syariah sudah lebih mapan dan siap memberikan solusi keuangan bagi nasabah selama atau setelah pandemi berlalu. Apalagi, kondisi sekarang sudah membaik sehingga penetrasi perbankan syariah bisa lebih leluasa dalam menyediakan berbagai layanan.
“Itu semua bisa kami wujudkan pertumbuhan positif karena ada infrastruktur pelayanan digital yang cukup baik. Ke depan ini akan jadi ujung tombak layanan kita digital banking. Layanan digital akan tetap relevan dan semakin relevan ke depannya,” kata Taswin.
Dia menerangkan, pertumbuhan UUS Maybank bahkan bisa mencapai 16 persen per tahun. Torehan itu dimungkinkan karena didukung perkebangan aset lending dan layanan digital. Dia menyebut, aset lending dimungkinkan berkembang karena UUS Maybank bisa memberi layanan terbaik kepada suplly chain. Sebagai contoh, kata Taswin, selama pandemi, UUS Maybank bisa menyalurkan pembiayaan kepada perusahaan yang bergerak di bidang penyaluran kebutuhan makanan.
“Ini ekosistem pembiayaan pengadaan barang selama pandemi suplai jasa maupun bahan kebutuhan makanan itu tetap jalan. Layanan perbankan syariah ini, khususnya kami baik secara produk dan infratruktur digital sudah banyak ragam produknya dan solusinya untuk tetap memberi layanan keuangan dan produk kepada perusahaan yang masih bergerak pada masa pandemi,” kata Taswin.
Bukan anak tiri
Taswin menuturkan, UUS Maybank menganut basis leveraged model, yang menjadi salah satu dan pertama dari sedikit bank yang benar-benar menerapkan sistem syariah. Hal itu sebenarnya sejalan dan sesuai dengan semangat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK), yang memberikan keleluasaan bagi anak perusahaan syariah dengan bank induk untuk tetap bersinergi dan bekerja sama.
“Leveraged model artinya seluruh infrastruktur Maybank Indonesia mendukung pertumbuhan lini usaha syariah serta inovasi produk dan layanan, termasuk digitalisasi,” ucap Taswin. Menurut dia, UUS Maybank tidak dalam posisi sebagai anak tiri, melainkan anak kandung, seperti unit usaha lainnya di perbankan konvensional.
Karena berstatus anak kandung maka UUS bisa memiliki akses terhadap semua infrastruktur, baik kantor cabang maupun layanan digital. Semua infrastruktur Maybank Indonesia selaku induk bisa diakses UUS. Belum lagi, kata Taswin, Maybank memiliki aplikasi bernama M2U yang memiliki fitur lengkap dengan menawarkan berbagai produk dan ekosistem di dalamnya.
“Ini semua bisa diakses layanan syariah kami, bahkan ekosisten syariah kami cukup banyak dan kita lengkapi, begitu juga produk syariah tersedia itu cukup banyak, jadi kalau digital banking ini kuncinya kami bisa jembatani kanan dan kiri, nasabah dan tujuan transaksi keuangan atau ekosistem yang dituju, ini tulang punggung layanan digital kami,” ujar Taswin.
Layanan yang diberikan juga paket komplet. Mencakup, destinasi keuangan yang dibutuhkan nasabah syariah, kebutuhan investasi, reksadana berbasis syariah, perencanaan keuangan, kebutuhan menabung untuk naik haji, perencanaan pendidikan anak, produk investasi atau tabungan syariah, hingga kebutuhan payment, seperti bayar listrik, internet, dan pajak bumi bangunan (PBB).