Kamis, 02/05/2024 - 12:56 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

Bahlil ke IMF: Langit Mau Runtuh pun Hilirisasi Tetap Prioritas RI

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia secara tegas menentang desakan International Monetary Fund (IMF) yang meminta Indonesia untuk tidak melanjutkan kebijakan hilirisasi sumber daya alam di dalam negeri dengan menyetop ekspor komoditas. Ia menilai, rekomendasi yang diberikan IMF kepada Indonesia salah arah karena tidak sesuai dengan kondisi riil. 

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

“Langit mau runtuh pun hilirisasi tetap akan jadi prioritas kita. Larangan ekspor tetap kita lakukan. Kalau mau (mengadu) ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), WTO saja. Masa orang lain boleh kita tidak boleh, yang benar saja? Negara ini sudah merdeka!,” ujar Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (30/6/2023). 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Menurut Bahlil, laporan IMF terhadap Indonesia merupakan standar ganda. Sebab, dalam dokumen IMF Executive Board Concludes 2023 Article IV Consultation with Indonesia, IMF mengapresiasi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sekaligus inflasi yang terkendali. Indonesia juga diapresiasi karena berhasil mencatatkan surplus perdagangan hingga saat ini. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
PLN Pastikan SPKLU di Sumbar Siap Layani Pengguna Kendaraan Listrik
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Lebih lanjut, kata Bahlil, IMF mendukung tujuan hilirisasi untuk mendorong transformasi struktural dan nilai tambah serta penciptaan lapangan kerja. Namun di sisi lain, meminta Indonesia untuk mempertimbangkan kebijakan penghapusan bertahap pembatasan ekspor nikel dan tidak memperluas pembatasan ke komoditas lainnya.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Saran saya, dia (IMF) mendiagnosis saja negara-negara yang hari ini lagi susah. Tidak usah turut campur urus Indonesia!,” kata Bahlil dalam pernyataannya. 

Bahlil menghargai pandangan IMF. Namun, ia menegaskan pemerintah tidak akan terpengaruh dan tetap konsisten terhadap kebijakan larangan ekspor komoditas. Seperti diketahui, pemerintah telah melarang ekspor nikel sejak 1 Januari 2020 lalu. 

Yang terbaru, pemerintah resmi melarang ekspor bauksit mulai Juni 2023 serta konsentrat tembaga yang ditargetkan Mei 2024 seiring penyelesaian smelter Freeport dan Amman Mineral. 

Berita Lainnya:
Antisipasi Lonjakan Mudik, Pelindo Siapkan Pelabuhan Ciwandan 

Bahlil menegaskan, Indonesia memiliki tujuan untuk menjadi negara maju. Ia pun menyebut, negara-negara maju saat ini dahulu menerapkan kebijakan yang sama, seperti Inggris yang menyetop ekspor benang wol bahan baku tekstil pada abad 16 lalu dan menjadi seperti sekarang. 

Begitu pula Amerika Serikat yang gunakan tarif impor 40 persen 1930 lalu untuk membangun industri dalam negeri. Lalu China menerapkan kebijakan komponen dalam negeri 80 persen untuk mendukung produk dalam negeri. 

“Apakah Indonesia tidak boleh mengikuti jejak mereka? Apa kita harus ikuti gaya IMF yang menurut saya tidak pantas kita dengar sebagian. Saran saya, IMF kasihlah rekomendasi kepada negara yang gagal,” kata Bahlil.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi