Kamis, 02/05/2024 - 14:09 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Anak tak Sengaja Lihat Konten LGBT, Ini Respons Terbaik Orang Tua Menurut Psikiater

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Konten yang diakses anak tanpa disadari mungkin memuat unsur terkait lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Tidak menutup kemungkinan, elemen LGBT termuat secara tersamar di buku, lagu, tayangan video, atau film yang disimak anak.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Apa yang sebaiknya dilakukan orang tua jika mendapati hal demikian? Psikiater dari Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor, dr Lahargo Kembaren SpKJ, menyarankan agar orang tua bersikap responsif, bukan menunjukkan sikap reaktif.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Penting banget sikap orang tua tidak reaktif, tetapi responsif. Kalau reaktif, langsung menutup buku atau melarang anak menyimak. Itu sering kali malah membuat anak semakin bertanya-tanya dan penasaran,” kata Lahargo saat dihubungi Republika.co.id, Senin (28/8/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Psikiater yang juga berpraktik di RS Siloam Bogor itu mengatakan, jika tidak ada penjelasan yang baik dari orang tua, dikhawatirkan anak mencari penjelasan dari pihak lain. Anak malah berpotensi mendapat informasi yang mengarahkan ke hal yang tidak diharapkan.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Orang tua memang harus realistis, bahwa di era sekarang tidak bisa membendung semua informasi, tapi kita bisa membentengi anak dengan rambu-rambu, nilai, dan norma, agar anak tidak terpengaruh gerakan LGBT atau hal lain yang dikhawatirkan,” ujar Lahargo.

Berita Lainnya:
Jangan Sepelekan Bahaya Menahan Kencing saat Mudik

Dia menyampaikan, pemahaman mengenai seksualitas sebaiknya diajarkan sedini mungkin kepada anak. Sebab, seksualitas sebenarnya merupakan suatu hal yang alami dalam kehidupan manusia. Namun, pendidikan seksual harus disesuaikan di tiap tingkatan umur.

Dicontohkan Lahargo, tidak mungkin orang tua langsung berkata pada anak balita bahwa LGBT itu hal yang dilarang. Tentunya, itu tidak akan dipahami dengan baik. Pada usia batita atau balita, anak cukup diajarkan mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan.

Lantas, anak usia prasekolah diajarkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki alat reproduksi berbeda, serta bagaimana menjaganya. Jika anak yang sudah memakai ponsel bertanya, mengapa ada emoticon WhatsApp ada laki-laki dengan laki-laki, orang tua bisa menyampaikan secara halus, bisa saja mereka berteman. Artinya, tidak harus langsung memberi label.

Di usia remaja, di mana anak sudah mulai mengalami perubahan hormonal, orang tua bisa mengenalkan pubertas dan berbagai perubahan seksual sekunder yang akan dialami. Orang tua perlu banyak berdiskusi dengan anak, karena di era modern ini, Lahargo menyebut anak memiliki banyak sumber informasi dan referensi.

Berita Lainnya:
Peran Ayah Penting Dalam Pengasuhan Anak Terutama di Usia Golden Age

Saat memberikan pemahaman kepada anak tentang LGBT, orang tua pun disarankan tahu tentang empat domain seksual. Dijelaskan Lahargo, ada domain identifikasi seksual, yakni manusia dilahirkan laki-laki dan perempuan, tidak ada di antaranya.

Kedua, identifikasi gender, yakni bagaimana individu punya sisi feminin dan maskulin. Sisi itu bisa seimbang, atau dominan di salah satunya. Bisa jadi ada perempuan yang tomboy dan anak laki-laki yang sikapnya lembut, namun bukan berarti orientasi seksual mereka nantinya akan berbeda.

Domain ketiga, orientasi seksual, yaitu hasrat seksual yang dimiliki. Domain keempat, yakni perilaku seksual, yang dianggap Lahargo paling penting, yakni bagaimana seseorang mengekspresikan seksualitasnya.

Orang tua perlu memberi pemahaman kepada anak bahwa jika muncul rasa suka kepada lawan jenis, itu hal yang alamiah. Tapi, ada cara tepat mengekspresikannya, termasuk melatih agar energi seksual sebelum menikah disalurkan ke hal lain yang positif.

“Anak perlu diajari agar tidak jatuh ke perilaku seksual yang menimbulkan konsekuensi negatif, seperti mengidap penyakit kelamin, atau menjadi korban kekerasan seksual,” kata Lahargo.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi