Selasa, 07/05/2024 - 23:51 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Waspada, Depresi Bisa Sebabkan Sakit Diabetes Tipe 2

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Sebuah penelitian genetik terbaru dari para ilmuwan Inggris menunjukkan bahwa depresi mungkin merupakan penyebab langsung diabetes tipe 2. Lebih dari 500 juta orang di dunia mengidap diabetes tipe 2, yang telah dikaitkan dengan depresi melalui genetika yang sama dan hubungan sebab akibat.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Psikiater di Kokilaben Dhirubhai Ambani Hospital India, Dr Shaunak Ajinkya, mengamini bahwa depresi dan diabetes tipe 2 memiliki keterkaitan satu sama lain, yang berarti keduanya dapat saling memengaruhi dan meningkatkan risiko.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Kedua penyakit ini secara historis telah dikaitkan satu sama lain, karena orang yang menderita diabetes tipe 2 dua kali lebih mungkin didiagnosis dengan depresi daripada populasi umum,” kata Dr Ajinkya seperti dilansir Indian Express, Ahad (10/9/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Ajinkya menjelaskan, depresi dapat menjadi faktor risiko diabetes tipe 2 karena dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang yang berkaitan erat dengan perkembangan diabetes. Stres kronis dan depresi dapat menyebabkan perilaku tidak sehat seperti makan berlebihan, kurang aktivitas fisik, dan kurang tidur, yang dapat menyebabkan obesitas dan resistensi insulin, yang keduanya merupakan faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Tanda Kena Kanker atau Diabetes Bisa Dilihat dari Warna Lidah

Selain itu, depresi dapat berdampak pada sistem respons stres tubuh dan menyebabkan disregulasi hormon yang terlibat dalam metabolisme glukosa, seperti kortisol, insulin, dan glukagon. Sementara di sisi lain, diabetes tipe 2 juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya depresi.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Beban mengelola penyakit kronis, stres yang terkait dengannya, dan potensi komplikasi dapat secara signifikan memengaruhi kesehatan mental seseorang dan meningkatkan risiko depresi,” kata Dr Ajinkya.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Merespon temuan ini, Dr Ajinkya memberikan beberapa saran untuk bagaimana mengatasi dan mengelola depresi. Jika depresi berhasil dikelola, maka risiko terkena diabetes pun akan semakin minim. Untuk lebih jelasnya, berikut saran dari Dr Ajinkya.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

 

1. Mencari bantuan

Berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental atau terapis adalah cara terbaik untuk mengelola depresi. Ini mungkin termasuk terapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT), jika perlu.

Selain itu carilah dukungan dari teman, keluarga, atau komunitas. Berbagi perasaan dan pengalaman dengan orang lain yang memahami dapat membantu meringankan gejala depresi.

Berita Lainnya:
Anak Sedang Batuk dan Pilek Saat Jadwal Vaksinasi, Tunggu Sembuh Dulu?

 

2. Terapkan gaya hidup sehat

Fokuslah pada olahraga teratur, diet seimbang, dan manajemen berat badan untuk meningkatkan sensitivitas insulin dan kesehatan secara keseluruhan. Alkohol dan zat-zat tertentu memperburuk gejala depresi dan meningkatkan risiko diabetes, jadi sebaiknya hindari penggunaannya.

 

3. Tidur yang cukup

Prioritaskan jadwal tidur yang teratur dan usahakan untuk tidur selama 7 hingga 9 jam setiap malam. Tidur yang buruk dapat memperburuk gejala depresi dan meningkatkan risiko diabetes.

 

4. Manajemen stres

Berlatihlah teknik relaksasi seperti yoga atau meditasi untuk mengurangi tingkat stres. Temukan cara-cara yang sehat untuk mengatasi stres, seperti melakukan hobi atau aktivitas yang disukai.

 

5. Pengobatan, jika diperlukan

Dalam beberapa kasus, pengobatan mungkin diperlukan untuk mengobati depresi, dan penting untuk mengikuti panduan penyedia layanan kesehatan. Jika Anda mengonsumsi obat untuk depresi, penting untuk meminumnya sesuai resep dan menghadiri janji temu secara teratur dengan dokter atau psikiater.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi