Selasa, 30/04/2024 - 02:16 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Benarkah Setelah Transplantasi Ginjal Pasien Pasti Sehat?

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) di seluruh dunia setiap tahunnya terus meningkat. Salah satu terapi pilihan untuk pasien PGK adalah transplantasi ginjal.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Namun, kebanyakan pasien PGK ini merasa sudah sehat dan bugar seusai menjalani transplantasi ginjal. Pada akhirnya membuat masalah lain. Apa saja komplikasi yang terjadi pascatransplantasi ginjal?

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Saat ini semakin banyak PGK yang ingin melakukan transplantasi ginjal karena memiliki kelebihan yang memberikan keuntungan,” ujar Dr dr Maruhum Bonar H Marbun, Sp.PD-KGH., FINASIM dalam acara edukasi kesehatan yang diselenggarakan PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) dan Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) dalam rangka  World Patient Safety Day, pada akhir pekan lalu.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Menurutnya, kelebihan setelah transplantasi ginjal ada beberapa hal yakni kesehatan dan kebugaran tubuh meningkat, batasan makan dan minum lebih longgar, dapat beraktivitas seperti sedia kala sebelum mengalami penyakit ginjal, dan dapat hidup lama dibandingkan jika tetap menjalani dialisis. Akan tetapi, kata dia, banyak juga pasien yang setelah melakukan transplantasi menjadi abai dengan kondisinya karena merasa sehat dan bugar. “Sehingga tidak mengatur pola hidup dengan baik, tidak melakukan pemeriksaan secara rutin dimana hal ini sangat disayangkan,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Banyak Anak Jadi Fatherless Akibat Perceraian, Ayah Harus Tetap Ingat Perannya

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Dokter Bonar mengatakan, setelah menjalani transplantasi ginjal, ada risiko infeksi dari luka operasi. Selain itu dapat muncul infeksi, rejeksi, serta keganasan atau kanker post transplantasi.

1. Rejeksi

Rejeksi, secara normal, sistem imun akan melawan atau, menolak apapun yang bersifat asing. Oleh karena itu diperlukan obat antirejeksi (antiimunosupresan) untuk mencegah kerusakan dari ginjal yang baru ditransplantasi. 

Ada dua tipe rejeksi yakni rejeksi akut dan kronik. Rejeksi akut terjadi dalam satu tahun pertama pasca transplantasi. Pengobatan biasanya berhasil mengatasi rejeksi akut.

Berita Lainnya:
Kepala BKKBN: Angka Perceraian Tinggi Mengancam Ketahanan Keluarga

Sedangkan rejeksi kronik terjadi dalam jangka waktu panjang. Penyebab dan mekanismenya kurang dipahami. Pengobatan biasanya tidak berhasil mengatasi rejeksi kronik.

Tanda dan gejala rejeksi adalah jumlah urine berkurang, darah pada urine, demam dengan suhu diatas 37,8 derajat Celsius, nyeri pada area ginjal yang baru, gejala seperti flu (nyeri otot, batuk, lemas, hidung tersumbat), serta peningkatan berat badan diatas 1,4 kg dalam dua hari. 

2. Infeksi

Infeksi bisa terjadi paska transplantasi ginjal, mengapa? Sistem imun menurun akibat konsumsi obat imunosupresan. Selain itu, terdapat pajanan kuman dari lingkungan. 

“70 persen penerima transplantasi akan mengalami episode infeksi dalam tiga tahun pertama pascatransplantasi,” ujarnya.

 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi