Senin, 06/05/2024 - 01:28 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

UEA Akui Abraham Accord Gagal Hentikan Aneksasi Ilegal Israel

ADVERTISEMENTS

 WASHINGTON — Uni Emirate Arab (UEA) mengakui bahwa Kesepakatan Abraham (Abraham Accord) yang menjadi landasan normalisasi hubungan sejumlah negara Arab dengan Israel, gagal menghentikan perluasan permukiman ilegal Yahudi di wilayah pendudukan Tepi Barat. Sebelumnya UEA yakin Kesepakatan Abraham dapat melayani kepentingan Palestina dengan menghentikan aneksasi Israel atas Tepi Barat, dan mempertahankan solusi dua negara.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Pada 2020, UEA setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel di bawah Kesepakatan Abraham. UEA menghadapi kritik karena diduga mengkhianati perjuangan Palestina.  Negara Teluk tersebut membela keputusan kontroversial ini. UEA menyatakan, Kesepakatan Abraham melayani kepentingan Palestina dengan menghentikan aneksasi Israel atas Tepi Barat dan mempertahankan solusi dua negara. Kesepakatan Abraham dibentuk oleh pemerintahan mantan presiden Donald Trump.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Sejak itu, UEA secara konsisten berpendapat, membuka hubungan dengan Israel dapat membatasi perluasan wilayah Israel.  Namun pekan lalu, Duta Besar UEA di Washington, Yousef Al-Otaiba, sepertinya mengakui, Kesepakatan Abraham tidak dapat menghentikan Israel memperluas pencaplokan wilayah Palestina di Tepi Barat.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Rusia Tangkap Wakil Menhan Atas Dugaan Suap
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dalam peringatan tiga tahun Kesepakatan Abraham di Washington, Al-Otaiba menyatakan, pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara efektif mencaplok Tepi Barat.  Dia menyiratkan bahwa negara-negara yang mempertimbangkan untuk membuka hubungan formal dengan Israel mungkin menjadi pemain kunci untuk menghentikan aksi tersebut. 

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Perjanjian kami memiliki jangka waktu tertentu, yang hampir berakhir.  Oleh karena itu, kami tidak dapat mempengaruhi keputusan yang diambil setelah jangka waktu tersebut,” kata Al-Otaiba, dilaporkan Middle East Monitor, Senin (18/9/2023).

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

“Sekarang mungkin tergantung pada negara lain untuk mengadopsi strategi tersebut.  Hanya ada sedikit pengaruh yang dapat diberikan UEA terhadap keputusan Israel saat ini,” ujar Al-Otaiba menambahkan.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Sebelumnya, Al-Otaiba menegaskan, Kesepakatan Abraham mencegah aneksasi wilayah Palestina yang diduduki oleh Israel.  Dia menyebutkan, UEA telah mengamankan komitmen Israel untuk menunda rencana mencaplok sebagian besar Tepi Barat, sehingga menjaga potensi resolusi dua negara.

Dengan mendukung normalisasi, UEA memperjuangkan ambisi negara Palestina.  Al-Otaiba menganggap aneksasi merupakan ancaman besar bagi masa depan negara Palestina, dan menjadi sebuah bahaya yang dapat dimitigasi oleh perjanjian normalisasi.

Berita Lainnya:
Untuk Isolasi Ekonomi, AS akan Jatuhkan Sanksi Baru ke Iran

Namun demikian, banyak pihak yang mencatat bahwa Israel belum membuat komitmen yang mengikat untuk menghentikan aneksasi tanpa batas waktu.  Para kritikus menyalahkan UEA karena memberikan keuntungan diplomatik kepada Israel sebagai imbalan atas komitmen ambigu yang dapat dengan mudah dikesampingkan.

Pernyataan Al-Otaiba disampaikan di tengah diskusi yang sedang berlangsung mengenai potensi perjanjian normalisasi Saudi-Israel yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS). Saudi menetapkan sejumlah syarat sebelum membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Syarat tersebut antara lain, imbalan jaminan keamanan AS dan lampu hijau untuk program nuklir sipil.  Saudi juga telah menyatakan keinginannya untuk mendapatkan konsesi dari Israel terkait Palestina.

Laporan media Arab baru-baru ini mengeklaim kesepakatan itu gagal karena penolakan Israel untuk berkompromi mengenai masalah Palestina.  Para pejabat Israel dilaporkan terkejut dengan rekan-rekan mereka di Saudi yang menghubungkan masalah Palestina dengan normalisasi.  

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi