Senin, 06/05/2024 - 11:22 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Dokter: Obat Kuat tak Ada Hubungannya dengan Kanker Prostat

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Ketua Cluster Uronephrology RSCM Kencana dr Widi Atmoko, SpU(K), FECMS, FICS, mengatakan, obat kuat tak berhubungan dengan risiko seorang pria terkena kanker prostat namun obat ini bisa berkaitan dengan masalah pembuluh darah. “Obat kuat berkaitan dengan masalah pembuluh darah, tekanan darah, sehingga memang ada beberapa kontra-indikasi misalnya ada obat kuat golongan nitrat yang bisa menurunkan tensi darah, harus hati-hati,” kata dia di Jakarta, Jumat (22/9/2023).

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Oleh karena itu, sambung Widi, alih-alih seorang pria yang semisal mengalami gangguan ereksi langsung meminum obat kuat, sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Makanya pemberian obat ini harus bertemu dokter dulu, jadi enggak bisa langsung beli di apotek. Kalau beli di apotek pasti diminta resep,” kata dia.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Kanker prostat adalah jenis kanker yang tumbuh dalam kelenjar prostat pada pria, yang berperan dalam pembentukan cairan ejakulasi, dan biasanya menunjukkan gejala kesulitan buang air kecil. Kanker prostat pada stadium awal seringkali tidak menunjukkan gejala yang khas. Namun, kecurigaan akan meningkat jika muncul gejala seperti nyeri tulang, fraktur patologis (patah tulang akibat penyakit), atau penekanan pada sumsum tulang.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Dipasang di Lengan, Implan KB Ibu Asal Inggris Ditemukan Bergeser ke Paru-Paru, Kok Bisa?

Berbicara faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker prostat meliputi usia yang semakin tua karena biasanya penyakit ini lebih sering didiagnosis setelah usia 50 tahun, riwayat keluarga serta kondisi obesitas. Selain itu, diet dan gaya hidup berperan dalam risiko ini. Diet yang tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan risiko kanker prostat.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Bila kembali berbicara obat kuat, Widi sebenarnya membolehkan pria dewasa muda meminum obat kuat yang dijual di pasaran asalkan sesuai dosis dan dibeli di apotek resmi, mengingat penelitian memperlihatkan bahwa banyak obat yang beredar ternyata palsu.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

“Untuk dewasa muda, pria berusia 30 tahun-an aman atau tidak? Boleh saja. Kalau dibilang aman, aman tetapi sesuai dosisnya karena banyak sekali dosisnya,” ujar dia.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Widi mengatakan, pernah mendapati pasien gangguan ereksi berusia 30 tahun-an dengan riwayat merokok berat dan obesitas. Menurut dia, pada prinsipnya pengobatan yang diberikan yakni dengan memberikan obat, sembari mengevaluasi masalah kesehatan lain yang pasien hadapi semisal hipertensi, diabetes dan obesitas.

“Kalau kami dari urologi memang pil biru sebagai first line treatment selain kita evaluasi faktor risiko kalau ada obesitas, sakit gula, hipertensi, itu kita obati, dari urologi berikan pil biru (obat ereksi atau obat kuat),” jelas dia.

Berita Lainnya:
Kelamaan Main Gadget, Mengapa Anak Malah Jadi Tantrum?

Disfungsi ereksi menjadi salah satu gangguan seksual pria yang menghambat individu untuk mencapai aktivitas seksual yang memuaskan. Widi merujuk data di RSCM mengatakan lebih dari sepertiga pria usia 20-80 tahun mengalami disfungsi ereksi.

Sesuai dengan definisinya, gangguan seksual pria dapat terjadi pada masing-masing fase respons seksual. Bila dijabarkan, gangguan seksual dapat berupa gangguan hasrat rendah, hipogonadisme (kadar testosteron rendah), disfungsi ereksi atau impotensi, gangguan ejakulasi dan orgasme, kelainan bentuk penis seperti kurvatur penis, kelainan ukuran penis dan dismorfofobia, serta priapismus atau ereksi yang berkepanjangan tanpa disertai dengan rangsangan.

Menurut Widi, penyebab gangguan seksual sangat beragam yang secara umum dapat terbagi menjadi masalah psikologis, organik (adanya kelainan dari sisi anatomi atau fungsi organ), maupun campuran.

“Walaupun konsep gangguan seksual tetap sebenarnya mencakup konsep yang lebih luas seperti masalah seksual, biologis, psikoseksual, sosiobudaya, dan hubungan interpersonal,” demikian ujar dia.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi