Selasa, 21/05/2024 - 06:50 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIPERTANIAN

Guru Besar UI: Ketahanan Pangan Perlu Dijaga

Sejumlah penduduk memisahkan jerami dan bulir gabah sisa panen di lahan persawahan kawasan Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (9/10/2023).

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

DEPOK — Guru Besar Ilmu Ekonomi Moneter Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Telisa Aulia Falianty mengatakan ketahanan pangan perlu terus dijaga agar dampak perubahan iklim dapat diatasi.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Sektor keuangan dan moneter perlu mendukungnya karena menjaga ketahanan pangan membutuhkan dana yang besar. “Saat ini ada ancaman perubahan iklim dengan terjadinya El Nino dan kemarau yang terjadi bisa mengancam krisis pangan contohnya harga beras yang semakin mahal untuk itu butuh terobosan darurat,” kata Telisa Aulia Falianty di Kampus UI Depok, Rabu (11/10/2023).

Ia mengatakan walaupun saat ini fundamental ekonomi Indonesia bagus, tapi terjadinya perubahan iklim akan panjang sekali yakni 10 atau 20 tahun dibandingkan dengan Covid-19 yang hanya dua tahun sampai tiga tahun dan yang harus dihadapi terutama adalah pangan.

Berita Lainnya:
Pendapatan Usaha Waskita Beton Naik 38 Persen pada Kuartal I 2024  

“Ketahanan pangan yang perlu dijaga dan membutuhkan dana besar makanya sektor keuangan dan moneter ikut berperan untuk mendukung ketahanan pangan,” kata dia.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Alasannya, katanya, saat ini krisis beras yang merupakan kebutuhan pokok apalagi saat ini juga tahun politik masyarakat terbebani harga-harga yang naik. Di sisi lain, daya beli yang berkurang yang tentunya dapat mengganggu pencapaian visi Indonesia 2045.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Saya menawarkan salah satu opsinya adalah pembiayaan darurat waktu Covid ada mekanisme pembiayaan iklim. Karena tidak mungkin memakai dana APBN sendiri yang mencapai Rp 300 triliun sampai Rp500 triliun per tahun, karena juga butuh untuk IKN,” ujarnya.

Berita Lainnya:
Kemendag Targetkan Utang Rafaksi Minyak Goreng Dibayar Mei

Ia mengatakan tantangan pencapaian visi Indonesia 2045 adalah terjadi dimana inflasi negara maju lebih tinggi dari negara berkembang dan suku bunga yang tinggi akibatnya kita juga tak bisa menurunkan suku bunga tinggi.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Untuk itu, katanya, butuh kebijakan moneter supaya kebijakan nasional tak tergantung sepenuhnya dengan negara maju, karena ketika negara maju tidak stabil maka Indonesia kena imbasnya.

“Kita harus punya pola sendiri jadi tidak tergantung negara maju, seiring dengan penguasaan SDA dan tren hilirisasi seperti nikel yang berbasis baterai dan merupakan energi baru terbarukan,” kata dia.

 

 

sumber : ANTARA

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi