Rabu, 08/05/2024 - 18:07 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNETTEKNOLOGI

Google Doodle Hari Ini: Kapal Pinisi, Ini Sejarah di Baliknya

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Google Doodle hari ini, Kamis (7/12/2023) bergambar kapal pinisi. Pemilihan gambar tersebut bertujuan untuk merayakan pinisi sebagai tagline seni pembuatan perahu di Sulawesi Selatan yang masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan UNESCO pada 7 Desember 2017. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Dilansir laman doodles.google, Kamis (7/12/2023), pembuatan kapal di Indonesia dimulai ribuan tahun yang lalu, namun para pelaut di Sulawesi Selatan membuat kapal pinisi modern pertama pada 1906. Dengan mengambil inspirasi dari gaya tali-temali Eropa, mereka menyadari bahwa dengan menghilangkan tiang buritan di tengah, kapal dapat melaju lebih cepat. Itu keuntungan besar untuk mengangkut kargo dan orang. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Desain megahnya menampilkan lambung besar yang tergantung di bagian depan kapal. Perahu semakin populer selama bertahun-tahun, namun komunitas perahu pinisi yang paling terkenal tetap ada di Sulawesi.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Pada 1980-an, masyarakat mulai menambahkan mesin pada perahu pinisi. Setelah bertahun-tahun berbagi desain secara lisan, cetak biru kapal tersebut secara resmi dikodifikasi pada tahun 90-an. Warisan pembuatan kapal Sulawesi Selatan masih terus berkembang. Saat ini, perahu pinisi menjadi pilihan utama untuk perjalanan memancing dan ekspedisi wisata. 

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Akhir Era Nintendo, Wii U dan 3DS Online Tutup

Menurut laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI), kapal pinisi sudah ada sejak tahun 1500-an di Indonesia. Kapal tersebut sering digunakan oleh pelaut Konjo, Bugis, dan Mandar asal Sulawesi Selatan untuk mengangkut barang. Dulunya kapal ini digunakan untuk perdagangan, saat ini banyak kapal pinisi yang digunakan sebagai daya tarik wisata. 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Menurut laman tersebut, kapal pinisi sangat mudah dikenali di perairan. Ciri khasnya bisa dilihat dari penggunaan tujuh hingga delapan layar, serta dua tiang utama pada bagian di depan dan belakang kapal.  

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Kapal pinisi terbuat dari kayu. Umumnya ada empat jenis kayu yang biasanya digunakan untuk membuat kapal pinisi. Jenis kayu-kayu itu adalah kayu besi, kayu bitti, kayu kandole/punaga, dan kayu jati. 

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Pembuatan kapal pinisi di Indonesia berada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tepatnya berada di tiga desa, yaitu Desa Tana Beru, Bira, dan Batu Licin. Masih dilakukan dengan cara tradisional, pembuatan kapal pinisi tidak bisa dilakukan sembarang. Proses pembuatannya terbagi dalam tiga tahap. 

Tahap pertama dimulai dari penentuan hari baik untuk mencari kayu. Kayu tersebut untuk membuat kapal pinisi. 

Berita Lainnya:
Tujuh Gawai Samsung yang Berpotensi Meluncur di Paruh Kedua 2024

Biasanya, “hari baik” mencari kayu jatuh pada hari kelima atau ketujuh pada bulan pembuatan kapal. Pemilihan hari ini melambangkan rezeki yang ada di tangan, dan selalu mendapat rezeki. 

Tahap kedua pembuatan kapal pinisi masuk ke proses menebang, mengeringkan, dan memotong kayu. Kayu-kayu tersebut kemudian dirakit menjadi setiap bagian kapal pinisi. Tahap inilah yang memakan waktu lama, bahkan hingga berbulan-bulan. 

Kemudian tahap ketiga adalah proses peluncuran kapal pinisi ke laut. Sebelum diluncurkan, biasanya diadakan upacara maccera lopi atau menyucikan kapal pinisi. 

Upacara maccera lopi ditandai dengan kegiatan menyembelih sapi atau kambing. Perhitungan menyembelih sapi atau kambing untuk upacara tersebut adalah jika bobot kapal kurang dari 100 ton, maka yang disembelih adalah kambing, sedangkan kalau bobot kapal di atas 100 ton berarti sembelih sapi. 

Itu sebabnya, rangkaian pembuatan kapal pinisi melambangkan nilai filosofi tersendiri, yakni nilai untuk bekerja keras, kerja sama, hingga menghargai alam. Tak heran kalau kapal pinisi masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2017. 

 

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi