Rabu, 01/05/2024 - 18:21 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Pakar UGM Ingatkan Pentingnya Penguatan Mitigasi Kegempaan 

ADVERTISEMENTS

Gempa. Ilustrasi

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

SLEMAN — Guru Besar Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyu Wilopo mengatakan tren gempa bumi di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak tahun 2013. Menurut data yang ia miliki rata-rata gempa terjadi 10 ribu kali dalam satu tahun selama 10 tahun terakhir. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Ini gempa itu ada yang bersumber pada sesuatu yang sudah teridentifikasi sebelumnya atau yang terdeteksi baru seperti yang di Sumedang itu kan baru, patahan-patahan baru,” kata Wahyu di UGM, Jumat (12/1/2024). 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Untuk itu, Wahyu menilai pentingnya menguatkan langkah-langkah mitigasi. Salah satunya langkah mitigasi yang bisa dilakukan yakni melalui pendekatan perencanaan di daerah rawan gempa bumi,

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Gunung Semeru Kembali Erupsi dengan Letusan Setinggi 700 Meter

Wahyu mengungkapkan ada empat prinsip pendekatan perencanaan di daerah rawan gempa. Prinsip pertama yakni mengumpulkan informasi bahaya patahan aktif yang akurat. Prinsip selanjutnya merencanakan untuk menghindari bahaya zona patahan sebelum pengembangan dan pembagian ruang. 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

 

“Kalau kita sudah menempatkan manusia pada tempat aman ya sudah tidak ada masalah,” ucapnya. 

Kemudian prinsip ketiga yakni mengambil pendekatan berbasis risiko di wilayah yang sudah dikembangkan. Wahyu membaginya ke dalam dua pendekatan, yakni pendekatan secara fisik terkait bagaimana membangun konstruksi bangunan tahan gempa yang bisa meminimalisir dampak dari bencana yang mungkin terjadi. Kemudian yang kedua meningkatkan kesadaran kesiapsiagaan masyarakat. Kemudian prinsip keempat yakni mengomunikasikan risiko di kawasan terbangun pada zona patahan. 

Berita Lainnya:
Pemkab Cianjur Bangun Dapur Umum untuk Pengungsi Bencana Tanah Bergerak

“Itu butuh waktu yang lama tidak hanya satu tahun dua tahun at least generasi mendatang itu lebih paham bagaimana kita beradaptasi dengan alam,” ungkapnya. 

Selain itu, ia menilai ingatan masyarakat terhadap bahaya bencana mudah lupa. Karena itu, perlu upaya untuk menjaga ingatan masyarakat terkait bahaya gempa bumi yang pernah terjadi. 

“Kalau lupa, ya, sudah. Nanti kalau ada gempa lagi, ya, lupa lagi. Menjaga kestabilan kesiapsiagaan masyarakat untuk stabil itu memang menjadi tantangan,” kata Wahyu.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi