Rabu, 01/05/2024 - 03:24 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Umbar Janji di Pemilu, Ini Bahaya Janji Palsu Menurut Ulama

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Pesta demokrasi yang sudah dinanti-nantikan masyarakat Indonesia sudah tiba. Pada Rabu (14/2/2024) hari ini, masyarakat Indonesia tengah menyalurkan haknya untuk memilih pemimpin yang sudah memberikan janji-janji.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Pemimpin yang terpilih diharapkan bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih. Namun, seperti sebelum-sebelumnya, tidak semua pemimpin itu menepati janji-janjinya. Mereka hanya mengumbar janji palsu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Lalu bagaimana ulama memandang tentang bahaya janji palsu ini?

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Ulama dan sastrawan dunia kelahiran Beirut, Syekh Musthafa al-Ghalayain (1885-1944 M) mengatakan, dapat disaksikan bahwa banyak orang—termasuk mereka yang memiliki kedudukan terpandang di masyarakat karena memegang jabatan tinggi—melontarkan perkataan yang tidak pernah mereka perbuat alias membuat janji palsu.

ADVERTISEMENTS

“Apabila kamu menuntut mereka merealisasikan perkataan-perkataan dan menepati janji-janji mereka, mereka cenderung berapologi dengan berbagai alasan,” ujar Sykeh al-Ghalayain dinukil dari terjemahan kitab Izhatun Nasyi’in terbitan TuRos, Rabu (14/2/2024).

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Syekh al-Ghalayain melanjutkan, mereka menunjukkan watak asli berupa pembelaan dan kemunafikan. Mereka juga selalu mengulur waktu untuk mempromosikan dalih mereka. Menurut dia, semua itu terjadi karena kemauan yang lemah dalam jiwa mereka dan tidak terbiasa untuk mensinkronkan antara kejujuran dalam ucapan dengan kejujuran dalam berperilaku. 

Berita Lainnya:
Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Said Abdullah: Setelah Proses di MK

Saat seseorang yang pernah berjanji atau berucap sesuatu diminta untuk merealisasikannya, tapi dia menyatakan tidak bisa, dia akan terbebas dari celaan. Bahkan, menurut Syekh Ghalayain, respons tersebut lebih baik dibandingkan janji yang tidak ditepati. 

Menurut dia, celaan itu lebih pantas dialamatkan kepada orang yang berkata, “Aku akan melakukan sesuatu, tapi setelah itu menghilang dan tidak menepati janjinya sama sekali. Ingkar janji bukanlah etika orang yang terhormat, dan kebohongan tidak lain merupakan akhlak orang-orang hina.”  

Sebelum seseorang berjanji untuk suatu urusan, menurut dia, sebaiknya direnungkan lebih dulu. Apabila ia yakin mampu memenuhi apa yang dijanjikan, tidak ada larangan untuk berjanji. Jika dirasa tidak mampu, sebaiknya ia tidak perlu berjanji.

“Adapun orang yang berjanji sebelum memikirkan dan merenungkannya terlebih dahulu, apakah ia mampu menepati janjinya itu atau tidak, ia merupakan orang yang sangat tolol. Sering kali ketololan itu menjerumuskan pelakunya dalam kehancuran dan menimbulkan penyesalan berkepanjangan,” jelas dia.

Tidak ada yang lebih mengherankan dibandingkan orang-orang yang berkata dan berjanji tapi diiringi niat dalam hati untuk tidak akan memenuhinya. Faktor yang mendorong mereka menyebarkan dusta semacam itu disebabkan oleh jiwa-jiwa mereka yang mendapat asupan dari pendidikan yang rusak. 

Berita Lainnya:
Istri Shalehah Jadi Sarana Menuju Kebaikan Akhirat

Menurut Syekh al-Ghalayain, siapa saja yang membiasakan suatu hal buruk sampai menjadi bagian dari sikap dan perilakunya, pasti sulit menghilangkannya. Perangai tersebut akan senantiasa bersemayam dalam jiwanya hingga ia masuk ke dalam liang kubur.

Ketika seseorang dikenal sering tidak menepati janji dan berdusta dalam ucapan dan perilaku, dapat dipastikan orang-orang akan menjauhinya, meskipun itu sahabat karibnya sendiri. Mereka tidak akan percaya kepadanya jika berkata dan tidak mempedulikan ketika ia berjanji. 

Bahkan, kata dia, mereka melihatnya bagaikan fatamorgana di daerah yang rindang dan tampak bagaikan fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila didatangi tidak terdapat apa pun.

Karakter tercela ini akan menyebar pada suatu bangsa, jika generasi mudanya tidak lagi dapat dipercaya. Menurut dia, kehilangan kepercayaan sama dengan kehilangan kehidupan.  Karena itu, dia pun berpesan kepada generasi muda. 

“Anak-anak muda yang baik, takutlah pada dusta. Sebab sungguh dusta itu meremukkan mahkota kehormatan. Waspadalah terhadap sikap ingkar janji karena berpotensi menjauhkan kalian dari sesama. Apabila kalian mampu menepati janji, berjanjilah. Jika bertekad untuk merealisasikannya, katakanlah. Jika tidak, tinggalkanlah janji dan perkataan agar kamu tidak termasuk sebagai pendusta,” ucap dia.

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi