Selasa, 30/04/2024 - 16:38 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIENERGI

PLN EPI Pasok 2,5 Juta Ton Biomassa untuk Cofiring PLTU pada 2024

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) pada 2024 akan memasok total 2,56 juta ton biomassa untuk memenuhi kebutuhan implementasi teknologi pencampuran bahan bakar (cofiring) di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

“Jumlah ini meningkat dua setengah kali dibandingkan 2023 yaitu 1 juta ton biomassa. Jumlah PLTU juga meningkat dari 43 menjadi 53 PLTU,” kata Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan di Jakarta, kemarin.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Selain bisa menggantikan ketergantungan atas energi fosil secara bertahap, penggunaan biomassa juga mampu menurunkan emisi. Menurut Mamit, penggunaan teknologi cofiring biomassa sebanyak 2,5 juta ton pada 2024 ini berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 2,8 juta ton CO2 equivalen.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Pada tahun lalu implementasi cofiring biomassa pada 43 pembangkit mampu mengurangi emisi GRK hingga 941,9 ribu ton CO2 equivalen.

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Sementara untuk 2025, kebutuhan biomassa ditargetkan mencapai 10 juta ton dengan implementasi cofiring di 52 PLTU PLN Grup dan potensi pengurangan emisi GRK sekitar 10 juta ton CO2 equivalen. “Ini pekerjaan yang luar biasa, mengingat lokasi penyediaan biomassa ini sangat menyebar (scatter) dan relatif jauh dari area PLTU,” ujar Mamit.

Berita Lainnya:
Dari Palembang Sampai Banyuwangi, PLN Siagakan 1.299 SPKLU

Mamit menegaskan dalam penyediaan biomassa bagi PLTU tersebut, PLN EPI sama sekali tidak melakukan deforestasi.

Sebaliknya, pihak dia justru menyebar bibit tanaman di lahan-lahan tidur yang selama ini tidak dimanfaatkan, memanfaatkan limbah dan memberikan multiplier effect bagi perekonomian masyarakat pedesaan. “Kontrak-kontrak pengadaan biomassa juga dilakukan dengan CV, koperasi dan kelompok masyarakat. Inilah bedanya biomassa dengan batu bara. Kalau batu bara, kita bicara korporasi, tetapi biomassa kita bicara tentang ekonomi sirkular dan kerakyatan,” kata Mamit.

Mamit optimistis PLN EPI mampu memenuhi target kebutuhan 10 juta ton biomassa untuk cofiring PLTU pada 2025 mengingat potensi biomassa di Tanah Air cukup berlimpah. “Pemetaan biomassa di Indonesia saat ini mencapai 500 juta ton. Dengan target 10 juta ton pada 2025, insya Allah kami bisa penuhi dengan memanfaatkan limbah-limbah dan hutan tanaman energi,” ujarnya.

Berita Lainnya:
Perpanjang Waktu Pendaftaran Maba, Institut Teknologi PLN Umumkan Ini

Untuk itu, PLN EPI aktif menyelenggarakan berbagai pelatihan antara lain pembibitan, tanaman organik dan silase. Sejauh ini kegiatan tersebut sudah dilakukan di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam waktu dekat, akan diduplikasi di daerah lain yaitu Kupang, Cilacap dan Tasikmalaya.

Pada 2023, pasokan biomassa PLN EPI berasal dari residu/sampah pertanian, perkebunan dan perhutanan seperti serbuk gergaji, sekam padi, bonggol jagung, bagasse tebu, pelet tandan kosong sawit, cangkang sawit, cangkang kemiri serta woodchip dari ranting-ranting dan tanaman replanting karet, bahkan BBJP hasil olahan sampah kota. PLN EPI juga membuka peluang bagi penduduk untuk menjual ranting-ranting tanaman yang akan diolah menjadi energi terbarukan biomassa sebagai substitusi batu bara PLTU.

Dengan indeks harga biomassa sebesar 1,2 dari harga batu bara hanya akan menaikkan BPP (biaya pokok produksi) sebesar 0,5 sen dolar AS, jauh lebih murah dibanding energi terbarukan lainnya.

 

 

sumber : ANTARA

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi