Selasa, 30/04/2024 - 17:27 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Pengamat: Jokowi Aktor Kemunduran Demokrasi tapi Dipuji karena Pragmatisme Politik

ADVERTISEMENTS

BANDA ACEH -Meski dianggap sebagai figur yang memundurkan demokrasi, Presiden Joko Widodo juga dipuji-puji oleh sebagian orang karena narasi dan praktik Politik yang dibangunnya bersifat pragmatis.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Pengamat Politik Citra Institute, Efriza menilai, semua yang keluar dari Jokowi dianggap sebagai model baru di dunia politik nasional sekarang ini.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Jokowi adalah figur yang menunjukkan aktor kemunduran demokrasi, sekaligus yang dipuji karena narasi demokrasinya. Inilah yang disebut pragmatisme politik di Indonesia amat tinggi,” ujar Efriza kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (13/4).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Klarifikasi Menteri Nadiem: Pramuka Tidak Dihapus!
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dia menuturkan, Jokowi secara tidak langsung menunjukkan gaya berpolitik diktator dalam bingkai sistem demokrasi di suatu negara.

ADVERTISEMENTS

“Sehingga bisa membuat pengelolaan kekuasaan otoriter terselubung demokrasi bisa berjalan selama 10 tahun,” sambungnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Efriza juga menganggap Jokowi sedang memperlihatkan perkembangan politik di Indonesia yang di luar nalar para pakar atau akademisi tata negara.

Berita Lainnya:
Ketua KPU Hasyim Sebut Ahli hingga Saksi Kubu Anies dan Ganjar di MK Tak Berkualitas

“Jokowi juga menunjukkan bahwa politik di Indonesia masih mudah diatur oleh penguasa selama tindakannya menggunakan narasi konstitusional. Ini menunjukkan reformasi belum membangun hukum yang baik di Indonesia,” demikian Efriza. 

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi