Sabtu, 04/05/2024 - 11:35 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

AMERIKAINTERNASIONAL

Strategi Militer AS Diuji di Tengah Ketegangan Israel-Iran

ADVERTISEMENTS

WASHINGTON — Keberhasilan militer Amerika Serikat (AS) membantu Israel menghentikan gelombang serangan rudal dan drone Iran akhir pekan lalu menunjukkan militer AS siap menghadapi apa yang akan terjadi bila ada konfrontasi langsung antara Iran dan Israel.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Namun mantan pejabat dan pejabat AS mengatakan AS tidak akan mengerahkan kembali pasukan ke Timur Tengah. Pentagon juga mungkin akan mempertimbangkan kembali kebutuhan militer di kawasan bila krisis di Timur Tengah semakin mendalam.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Saya pikir kami tidak memiliki semua kekuatan yang kami inginkan untuk mendukung Israel bila terjadi perang langsung antara mereka dengan Iran,” kata mantan deputi asisten Menteri Pertahanan untuk wilayah Timur Tengah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, Michael Mulroy, Sabtu (20/4/2024).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Meskipun Teheran mengindikasi tidak berencana membalas serangan Israel pada Jumat (19/4/2024) lalu. Aksi saling balas serangan dikhawatirkan memicu perang yang tidak dapat diprediksi, sesuatu yang AS coba untuk cegah.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Beberapa bulan sejak Israel menyerang Gaza untuk menumpas Hamas. AS mengerahkan ribuan pasukan ke kawasan setelah sempat ditarik secara bertahap beberapa tahun terakhir.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Namun banyak yang menilai kapal perang dan pesawat tempur AS hanya keluar-masuk kawasan dan pengerahan itu hanya dilakukan sementara. Strategi AS yang mengandalkan pasukan tambahan diuji saat ini ketika Iran dan Israel melanggar tabu dengan menggelar serangan militer ke satu sama lain.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
WNI di Sydney Diimbau Waspada Menyusul Insiden Penikaman

“Saya pikir apa artinya bagi militer AS adalah kami harus mempertimbangkan kembali gagasan kapabilitas (militer) apa dibutuhkan dan yang berkelajutan yang kami pertahankan di kawasan,” kata pensiunan jenderal bintang empat Angkatan Darat AS Joseph Votel yang pernah memimpin pasukan AS di Timur Tengah.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Votel dan mantan pejabat AS mengatakan keberhasilan AS dalam menembak jatuh drone dan rudal Iran pada Ahad (14/4/2024) lalu mungkin dibantu intelijen AS sehingga Pentagon dapat mengantisipasi serangan Iran dengan target dan waktu yang tepat.

“Saya kira kekhawatiran yang lebih besar adalah kemampuan kami dalam meresponnya dalam masa berkepanjangan,” kata Votel. Pemerintah AS mengatakan Iran tampaknya tidak ingin perang skala besar dengan Iran. Teheran juga mengecilkan dampak serangan yang kemungkinan dilakukan Israel pada Jumat lalu.

Namun pakar memperingatkan situasinya masih belum dapat diprediksi sepanjang Israel menyerang Gaza. Bulan lalu kepala Komando Pusat AS (CENTCOM) Jenderal Angkatan Darat Michael Kurilla memberitahu anggota parlemen, ia meminta untuk mengirimkan lebih banyak pasukan dibanding yang dikirimkan Pentagon ke kawasan.

Berita Lainnya:
AS Mati-matian Usahakan Bantuan Pertahanan Udara untuk Ukraina

Pemerintah Presiden Joe Biden memandang tantangan Timur Tengah lebih rendah dibandingkan tantangan dari Cina. Dalam pernyataan tertulisnya ke Komite Angkatan Bersenjata House of Representative AS, Kurilla mengatakan berkurangnya aset intelijen AS, ditargetkannya pakar dan ahli bahasa “berkontribusi pada kesenjangan dan melemahkan kemampuan kami untuk mendeteksi dan mengganggu rencana dan meningkatkan kebebasan bergerak” organisasi ekstremis untuk melakukan kekerasan.

Walaupun pernyataan Kurilla tampaknya fokus pada Afghanistan. Berkurangnya intelijen AS sudah berdampak pada strategi Washington sejak perang Israel di Gaza.

Contohnya mengenai detail pasokan senjata Houthi sebelum kelompok yang didukung Iran itu menyerang kapal-kapal komersial yang memiliki hubungan dengan Israel di Laut Merah. Pejabat AS mengatakan mereka kesulitan menentukan dampak serangan rudal dan drone Houthi selama berbulan-bulan.

Seorang pejabat mengatakan mengirimkan lebih banyak pasukan dan meningkatkan intelijen di Timur Tengah dalam jangka panjang terbukti sulit dilakukan. “Pasukan kami menyerang sekitar Eropa (dan) yang tidak melalui siklus pemiliharaan yang lambat,” kata seorang pejabat AS yang tidak bersedia disebutkan namanya.

“Dan Asia yang menjadi fokus perhatian,” tambahnya. Pejabat lain mengatakan masih belum diketahui apakah militer AS siap menarik pasukannya di Asia atau Eropa meski ketegangan semakin memanas.

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi