Selasa, 18/06/2024 - 02:19 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Benarkah Imam Al-Ghazali Justru tak Berkontribusi Sama Sekali dalam Perang Salib?

 JAKARTA— Bangkitnya aspek politik satu bangsa atau peradaban tidak terlepas dari berbagai aspek kehidupan lainnya. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Raya Idul Adha 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Perang Salib yang dimulai pada 1095 bisa dilihat sebagai kasus yang menarik. Perang ini dimulai dengan seruan Paus Urbanus II yang berhasil memprovokasi kaum Kristen Eropa untuk bersatu menyerang Islam. 

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Dilantiknya Daddi Peryoga sebagai Kepala OJK Provinsi Aceh

Seruan Paus cukup berhasil. Belum pernah dalam sejarahnya, Eropa Kristen bersatu padu dalam menghadapi Islam, kecuali dalam Perang Salib.

ADVERTISEMENTS
Menuju Haji Mabrur dengan Tabungan Sahara Bank Aceh Syariah

Karena itu, bisa dimaklumi, jika sukses provokasi Paus Urbanus, menjadi inspirasi bagi kelompok-kelompok Kristen fundamentalis di Amerika Serikat, seperti Billy Graham, untuk menggunakan istilah ”Crusade” bagi gerakan Kristenisasi atau evangelisasi mereka. 

ADVERTISEMENTS
ActionLink Hadir Lebih dekat dengan Anda

Sukses Nuruddin Zengi dalam membalik situasi Perang Salib 50 tahun kemudian, tidak terlepas dari peran seorang ulama bernama Syekh Ali al-Sulami dan Imam al-Ghazali. 

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses kepada Pemerintah Aceh

Posisi Imam al-Ghazali dalam Perang Salib sering disalahpahami, karena selama ini tidak diketahui karyanya tentang Perang Salib. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Menunaikan Ibadah Haji bagi Para Calon Jamaah Haji Provinsi Aceh

Belakangan, posisinya menjadi jelas, setelah diterbitkannya Kitab al-Jihad karya Ali al-Sulami, imam di masjid Ummayyad, Damascus, dan tokoh perumus dan penggerak jihad melawan tentara Salib.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses atas Pelantikan Pejabat di Pemerintah Aceh
Berita Lainnya:
Benarkah Islam Larang Muslimah Sembelih Hewan Kurban Sendiri?

Dalam naskah Kitab yang diringkas oleh Niall Christie, al-Sulami banyak mengutip ucapan Imam al-Syafii dan al-Ghazali tentang jihad. 

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 2024

Di antaranya, al-Ghazali menyatakan, bahwa jihad adalah fardhu kifayah. Jika satu kelompok yang berjuang melawan musuh sudah mencukupi, maka mereka dapat berjuang keras melawan musuh. 

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Selamat dan Sukses kepada Pemerintah Aceh atas Capai WTP BPK

Tetapi, jika kelompok itu lemah dan tidak memadai untuk menghadapi musuh dan menghapuskan kejahatannya, maka kewajiban jihad itu dibebankan kepada negara terdekat, seperti Suriah, misalnya. Jika musuh menyerang salah satu kota di Suriah, dan penduduk di kota itu tidak mencukupi untuk menghadapinya, maka adalah kewajiban bagi seluruh kota di Suriah untuk mengirimkan penduduknya untuk berperang melawan penjajah sampai jumlahnya memadai.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Penjelasan al-Ghazali yang dikutip Ali al-Sulami itu menunjukkan, posisi al-Ghazali dalam soal jihad melawan pasukan Salib sangatlah jelas. 

ADVERTISEMENTS
Bayar Jalan tol dengan Pencard

Al-Sulami tidak menyebutkan sumber kutipan ungkapan al-Ghazali tersebut. Al-Ghazali juga tidak menuliskan kutipan itu dalam Kitab Ihya’. Adalah sangat mungkin bahwa Ali al-Sulami, yang ketika itu menjadi imam di Masjid Umayyad di Damascus, menghadiri kuliah al-Ghazali di Masjid tersebut. 

Berita Lainnya:
Profil Abbas bin Finas, Ilmuwan Muslim Pembuat Cikal Bakal Pesawat

Mengapa al-Ghazali tidak menjelaskan masalah jihad melawan Pasukan Salib dalam Ihya’ Ulumuddin? Kitab Ihya’ ditulis al-Ghazali dalam masa yang disebut oleh banyak penulis sebagai ‘masa krisis’ al-Ghazali (sekitar 1095-1097).

Dr Musthafa Abu-Sway menyebutkan, bahwa selama ‘masa krisis’, al-Ghazali menulis 28 buku. Diantaranya ialah: Ihya’ Ulumuddin, Bidayatul Hidayah, al-Wajiz, Faisal al-Tafriqah bayn al-Islam wa al-Zandaqah, Nasihat al-Mulk, dan Talbis Iblis.

Dalam Ihya’-nya, al-Ghazali menjelaskan hampir seluruh aspek kehidupan manusia dalam perspektif Islam. Ia menulis begitu banyak topik, seperti masalah ilmu, ibadah, etika sosial, hal-hal yang merusak (al-muhlikat), dan juga yang menyelamatkan (al-munjiyat).

Dr Majid Irsan Kailani menjelaskan posisi pemikiran al-Ghazali dalam perjuangan kaum Muslim untuk merebut kembali Jerusalem melalui bukunya, Hakazha Zhahara Jaylu Shalahuddin wa Hakazha ‘Adat al-Quds.

Dengan menganalisis Kitab Ihya’, menurutnya, dapat disimpulkan bahwa buku ini disiapkan al-Ghazali untuk melakukan reformasi intelektual dan moral kaum Muslim dalam perspektif yang lebih luas dari sekedar masalah Perang Salib ketika itu. 

sumber : Harian Republika

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

قَالَ إِن سَأَلْتُكَ عَن شَيْءٍ بَعْدَهَا فَلَا تُصَاحِبْنِي ۖ قَدْ بَلَغْتَ مِن لَّدُنِّي عُذْرًا الكهف [76] Listen
[Moses] said, "If I should ask you about anything after this, then do not keep me as a companion. You have obtained from me an excuse." Al-Kahf ( The Cave ) [76] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi