Selasa, 07/05/2024 - 03:35 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Resistensi Antibiotik Kini Sudah Menjadi Silent Pandemic

ADVERTISEMENTS

Penggunaan antibiotik hendaklah dilakukan secara bijak.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

 JAKARTA — Dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik dan infeksi Robert Sinto mengatakan, resistensi antibiotik telah menjadi silent pandemic. Oleh sebab itu, WHO berusaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia dengan minimal ada satu minggu yang didedikasikan dalam satu tahun untuk bisa merefleksikan apa yang sudah dilakukan dan apa yang perlu diperbaiki dalam upaya mencegah resistensi antimikroba.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Robert mengingatkan bahwa saat ini penggunaan antibiotik tidak terbatas dalam cakupan medis atau rumah sakit saja yang diperuntukkan sebagai pengobatan manusia. Di luar hal itu, sektor kesehatan hewan pun menggunakan antibiotik. Bahkan, terdapat peternakan yang secara abusif menggunakan antibiotik.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


“Ada penelitian yang menunjukkan kandungan antibiotik, artinya limbah-limbah antibiotik itu sampai ke laut. Bayangkan laut itu kan ada ikan, dan hewan-hewan laut itu juga mengonsumsi dalam tanda kutip antibiotik, dan dia berputar lagi, kita makan hewan laut yang mengandung antibiotik,” kata dia, dalam bincang virtual menjelang Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia (World Antimicrobial Awareness Week) yang diperingati setiap 18-24 November di Jakarta, Kamis (17/11/2022).

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Tips 'SANTAI' untuk Cegah Penyakit Pasca Lebaran: Saran Kesehatan dari Dokter Spesialis


Robert menjelaskan, WHO membatasi penggunaan antibiotik melalui upaya klasifikasi tiga kelompok antibiotik, yaitu access, watch, dan reserve atau disingkat aware. Melalui klasifikasi itu, WHO mendorong penggunaan antibiotik di lini pengobatan pertama atau kategori access, sementara antibiotik kategori watch dan reserve dibatasi penggunaannya secara ketat.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


“Dunia memiliki target 60 persen konsumsi itu ada di tingkat access. Jadi, kita melimitasi penggunaan untuk yang watch dan untuk yang reserve,” kata dia.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Cemas Saat Bepergian? Atasi dengan 5 Trik Simpel Ini


Dia menjelaskan bahwa klasifikasi tersebut dibuat agar antibiotik tidak secara bebas digunakan masyarakat. Klasifikasi itu juga bertujuan agar masyarakat, termasuk tenaga kesehatan, menjadi lebih berpikir apakah dalam kasus tertentu pemberian antibiotik benar-benar dibutuhkan atau tidak.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh


Robert mengandaikan antibiotik sebagai suatu warisan pengobatan yang dihasilkan dari penemuan ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Berkat peran antibiotik dalam mengobati infeksi bakteri, angka kehidupan manusia kini dapat meningkat.


Dengan kesadaran bahwa hidup juga penting untuk generasi mendatang, masyarakat harus harus bersama-sama berusaha untuk mencegah resistensi antimikroba dengan perannya masing-masing.


“Kalau kita tidak wariskan dengan bijak, mungkin keturunan kita yang hanya sakit infeksi sederhana saja menjadi bisa fatal karena tidak ada antibiotik yang bisa lagi untuk mengobati infeksi-infeksi sederhana tersebut,” kata Robert.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi