Rabu, 01/05/2024 - 19:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

Farmasi Hijau, Solusi Kemandirian Obat Hadapi Krisis

ADVERTISEMENTS

Semakin banyak negara yang mengakui peran obat herbal di sistem kesehatan mereka

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

JAKARTA–Indonesia harus memiliki peran aktif dalam membangun arsitektur kesehatan global dengan melakukan sejumlah upaya yang mendorong ketahanan dan kemandirian kesehatan. Konsep farmasi hijau (Green Pharmacy) merupakan konsep pendekatan ekologis industri farmasi yang dapat dilakukan oleh industri sektor kesehatan dan bisa menjadi solusi kemandirian obat hadapi krisis.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lucia Rizka Andalusia mengatakan, saat ini semakin banyak negara yang mengakui peran obat herbal dalam sistem kesehatan nasional mereka. Sebagai contoh di Cina, penggunaan obat herbal sudah mapan untuk tujuan kesehatan, kemudian di Jepang, 50-70 persen jamu telah diresepkan.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Sementara itu, Kantor Regional WHO untuk Amerika (AMOR/PAHO) melaporkan bahwa 71 persen penduduk Chili dan 40 persen penduduk Kolombia menggunakan obat tradisional. Bahkan di antara yang maju negara, obat herbal sangat populer.

ADVERTISEMENTS


“Penggunaan jamu (obat herbal) oleh penduduk di Perancis mencapai 49 persen, Kanada 70 persen, Inggris 40 persen, dan Amerika Serikat 42 persen. Inilah kondisi pasar ekspor jamu (obat herbal) ke depan,” ujar Rizka dalam Acara Dialog T20 Indonesia 2022 yang disiarkan secara daring, Selasa (6/9/2022).

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Masih Banyak, KAI Sebut Tiket Arus Balik Sudah Terjual 65 Persen


Adapun tantangan yang harus dihadapi adalah masih kurangnya dukungan keuangan untuk penelitian tentang TCM (Traditional Chinesse Medicine) dan pengobatan herbal. Selain itu, juga kuangnya kemauan politik dan kapasitas untuk memantau keamanan produk TCM, sistem informasi dan analisis serta integrasi TCM ke dalam sistem kesehatan.


“Hal ini seharusnya tidak memperlambat potensi produk herbal, kita harus melihat ini sebagai peluang. Indonesia dengan sekitar 143 hektar hutan tropis, dengan 28.000 spesies tumbuhan, 32 ribu bahan telah dimanfaatkan. Indonesia dengan 217 juta penduduk tetap menjadi pemain utama baru untuk Farmasi Hijau dengan produk jamu,” ungkapnya.


Untuk mencapai itu, Kementerian Kesehatan mulai menerapkan transformasi sistem kesehatan dengan 6 pilar. Ketahanan sektor farmasi merupakan bagian dari transformasi ini. Agenda transformasi ini mencerminkan dukungan Kementerian Kesehatan dalam pengembangan dan pemanfaatan jamu di bidang kesehatan.


“Di lokasi pengembangan, kami mendorong penelitian, pengembangan, hingga penanganan dan pemanenan bahan baku untuk memastikan standar kualitas dalam produksi. Kami menyelaraskan upaya untuk mendukung UKM untuk mengembangkan bisnis dan pasar mereka,” kata Rizka.

Berita Lainnya:
BRIN: Pemanfaatan Obat Herbal untuk Hewan Kian Masif


Kemenkes juga menyediakan Formularium Fitofarmaka yang diluncurkan pada semester pertama tahun ini. Pemerintah bahkan juga telah menyediakan dana alokasi khusus bagi pemerintah daerah untuk menggunakan produk lokal.


“Kami percaya tindakan ini akan membawa pemanfaatan Green Pharmacy dan memberikan keberlanjutan dalam pengaturan perawatan kesehatan kami,” tuturnya.


Hadir dalam kesempatan yang sama, Director of Research & Business Development Dexa Group Raymond Tjandrawinata, mengatakan, upaya untuk ketahanan serta kemandirian kesehatan kuat bisa dilakukan dengan mengusung konsep farmasi hijau. Lewat konsep farmasi hijau dapat melindungi negara dari masalah pasokan, lingkungan hingga akses kesehatan. Negara bisa mandiri bila sukses menjalankan konsep ini.


“Green Pharmacy adalah alternatif yang sangat baik untuk sebuah negara, karena Green Pharmacy berasal dari bumi, kita harus kembali ke bumi. Tidak hanya meningkatkan kesehatan dan gaya hidup masyarakat, tetapi juga meningkatkan keramahan lingkungan,” ujarnya.


Green Pharmacy, lanjut Raymond, juga perlu mengikuti proses modern dari penemuan obat, melalui pengujian pada hewan dan manusia. Jika tidak, Green Pharmacy tidak akan digunakan oleh dokter dan ditambahkan ke Pedoman praktik klinis.


 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi