Selasa, 07/05/2024 - 12:56 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Psikolog Ungkap Tanda Anak Mengidap OCD

ADVERTISEMENTS

Pada anak, biasanya mudah didiagnosis karena muncul dengan cara yang nyata.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

JAKARTA — Istilah OCD sering keliru dipahami sebagai seseorang yang memiliki rutinitas pagi yang ketat atau membuat meja yang teratur. Memiliki OCD atau gangguan obsesif kompulsif, tidak ada hubungannya dengan kebiasaan membersihkan atau kurangnya fleksibilitas.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


“OCD lebih berkaitan dengan kemampuan Anda untuk menangani pikiran yang tidak menyenangkan,” ujar psikolog anak di Williamsburg Therapy Group, Irina Gorelik, seperti dilansir laman Express, Rabu (14/9/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Dia mengatakan, di antara Anda ada yang memiliki pemikiran mengganggu, namun berhasil mengatasinya. “Sementara bagi seseorang dengan OCD, itu menyebabkan respons yang sangat menyedihkan sehingga mereka ingin melakukan perilaku yang membuat pikiran itu hilang,” kata dia.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh


Menurutnya Gorelik, gangguan tersebut terbagi dalam dua bagian yakni obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah pikiran, desakan, atau gambaran yang mengganggu, yang menyebabkan penderitaan dan tidak diinginkan. Sedangkan kompulsi adalah perilaku yang digunakan untuk mengurangi tingkat kesusahan yang disebabkan oleh obsesi.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


“Pada anak-anak, biasanya mudah didiagnosis karena muncul dengan cara yang nyata,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Argentina Dilanda Pneumonia Misterius yang Mirip Covid-19, Penderitanya Sakit Parah


Berikut adalah dua tanda anak Anda mungkin menderita OCD dan bagaimana cara mendukungnya:

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh


1. Mereka membutuhkan kepastian tentang keselamatan mereka dan Anda


Anak Anda mungkin berulang kali bertanya apakah mereka akan baik-baik saja, bahkan jika mereka tidak berada dalam bahaya yang nyata atau langsung. Hal yang sama berlaku untuk orang yang mereka cintai.


“Saya memiliki pasien yang khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada keluarga mereka, jadi paksaan untuk memeriksakan keluarga mereka berulang kali,” ujarnya.


Mereka mungkin mengatakan ‘Aku mencintaimu’ tetapi tidak dengan cara yang normal. Beberapa gejala lain yang harus diwaspadai antara lain takut kuman dan kompulsif cuci tangan, kekhawatiran terus-menerus tentang sakit, dan keterikatan yang berlebihan. Misalnya, mereka tidak ingin menginap karena mereka pikir sesuatu mungkin terjadi pada Anda atau mereka jika tidak bersama.


2. Mereka perlu diyakinkan bahwa mereka tidak menyakiti siapa pun


Sama seperti bagaimana seorang anak dengan OCD yang mengkhawatirkan tentang dirinya sendiri atau keluarganya yang terluka, mereka mungkin juga khawatir bahwa mereka telah menyakiti orang lain.

Berita Lainnya:
WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3.500 Orang Meninggal Setiap Hari


Beberapa gejala spesifik mungkin termasuk mengakui pikiran buruk seperti kata kutukan atau tentang menyakiti seseorang. Bertanya “Apakah kamu masih mencintaiku?” berkali-kali.


Untuk diagnosis, Gorelik mengatakan obsesi dan kompulsi ini biasanya memakan waktu. Mereka mungkin memakan waktu satu jam atau lebih dalam sehari.


Sebagai orang tua, Anda mungkin ingin menghibur anak Anda. “Mungkin wajar bagi orang tua untuk meyakinkan anak-anak Anda dan berkata, ’Kamu tidak terluka. Tidak ada yang menyakitimu,′ tapi itu sebenarnya memberi makan kecemasan,” katanya.


Akan lebih membantu jika Anda memberi tahu sang anak bahwa khawatir itu normal. Anda dapat duduk dengan kekhawatiran itu dan memilih untuk tidak terlibat dalam paksaan. Misalnya, memiliki pemikiran bahwa orang tua mungkin dalam bahaya jelas menimbulkan kecemasan. Namun bukan berarti anak harus menelepon orang tua setiap 10 menit sekali. Biarkan perasaan itu berlalu.


“Belajarlah untuk duduk dengan pikiran dan menoleransi pikiran,” sarannya.


 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi