Jumat, 26/04/2024 - 21:47 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

Saudi Bolehkan Halloween, Benarkah Larang Maulid?

ADVERTISEMENTS

Perayaan Halloween di Saudi menuai kritik.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Perayaan Halloween di Arab Saudi  telah menuai kritik di sejumlah media sosial. Beberapa menilai bahwa Arab Saudi telah menerapkan standar ganda dengan merayakan Hallowen, tetapi tidak menggelar perayaan Maulid Nabi.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Perayaan Hallowen di Riyadh, Arab Saudi. GEA Saudi menggelar ‘Horror Weekend”, sementara perayaan Maulid Dilarang. Bayangkan negara yang melarang peringatan Maulid Nabi karena lebih jahat dari perayaan Halloween,” ujar salah seorang netizen.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Namun benarkan Arab Saudi melarang Maulid?

ADVERTISEMENTS

Seperti dilansir MiddleEastEye, sebagai besar Muslim di Aab Saudi dan Qatar memang tidak merayakan Maulid Nabi karena dianggap tidak ada basis ajarannya. Tapi perayaan tetap dilakukan bagi mereka yang tak mempermasalahkannya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Netanyahu Putuskan Tunda Serangan Militer di Rafah

Sejarawan Alwi Shaha pernah bercerita ketika ia umrah pada 2002 bersama tokoh ulama dari Jakarta dan Surabaya, mereka datang ke kediaman Sayid Muhammad al-Maliki, sedikit di luar Kota Makkah. “Kami Shalat Maghrib hingga Isya diselingi ratiban dan pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang sebetulnya tabu.”

Dan yang menarik, kata ia, acara ratiban dan maulid ini dihadiri sejumlah ulama dari Afrika dan negara Asia lainnya. “Setelah itu, kami bersama dengan ratusan jamaah dari mancanegara makan nasi kebuli yang dihidangkan pada nampan, seperti di Majelis Taklim Kwitang atau majelis taklim lainya.”

Di sini, ia mendapati sekitar 200 pelajar dari Indonesia. Termasuk para mukimin yang telah tinggal selama puluhan tahun di Arab Saudi, menjadi warga negara kerajaan. “Rupanya, Kerajaan Arab Saudi tidak menghalangi kegiatan keagamaan di Majelis Al-Maliki yang telah berlangsung sejak leluhur meski bertentangan dengan paham kerajaan.”

Berita Lainnya:
'Penyalur Dana' ke Hamas Ditemukan Tewas Penuh Tembakan di Kaki dan Penuh Uang di Badannya

Pun halnya seperti dilansir laman Arab News, di Wilayah Hijaz, daerah Barat Arab Saudi, banyak orang yang menganggap bahwa Rabiul Awal sebagai bulan perayaan. Sehingga mereka mengambil bagian dalam aktivitas atau kegiatan amal saling berbagi selama bulan itu. Mereka mendistribusikan makanan untuk orang miskin dan mendonasikan uang ke organisasi lokal. Namun atensi utama tertuju pada malam ke-12 saat perayaan Maulid.


Arab Saudi sendiri kini dianggap mulai terbuka dengan berbagai pandangan dan budaya, termasuk dari Barat. Hal itu seiring reformasi yang dilakukan oleh Pangeran Muhammad Bin Salman.


 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi