Jumat, 26/04/2024 - 23:55 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

Badan Pangan: Harga Bahan Pokok Terkendali, Kecuali Beras

ADVERTISEMENTS

Tren harga beras terus mengalami kenaikan sejak Juli 2022.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JAKARTA — Badan Pangan Nasional (NFA) menyatakan seluruh harga bahan pangan pokok dalam posisi terkendali, kecuali beras. Pasalnya, tren harga beras terus mengalami kenaikan sejak Juli 2022.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


“Tiap hari kami memantau lewat enumerator di 514 kabupaten/kota dan harga pangan terkendali. Yang harus diwaspadai harga gabah di produsen dan beras di konsumen,” kata kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV DPR, Rabu (16/11/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Ia menyampaikan, sejak Juli hingga pertengahan November harga gabah kering panen (GKP) di petani telah meningkat sebesar 15,7 persen, harga gabah kering giling (GKG) di penggilingan turut naik 11,4 persen.

ADVERTISEMENTS


Alhasil harga beras di tingkat konsumen ikut mengalami kenaikan sebesar 4,26 persen dari Rp 10.700 per kg di bulan Juli menjadi Rp 11.180 per kg saat ini.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Penuhi Kebutuhan Nasabah Selama Lebaran, BSI Tetap Buka 570 Cabang


Meski demikian, Arief menilai kenaikan harga beras tidak sepenuhnya akibat faktor penawaran dan permintaan. Ia menyebut adanya keseimbangan baru harga beras pasca pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa bulan lalu. Selain itu terdapat kenaikan biaya produksi, termasuk pupuk.


“Tapi memang tidak langsung sama kenaikannya. Misal BBM naik 30 persen, harga beras tidak naik 30 persen karena ada komponen lainnya. Biaya produksi tidak selalu berbanding lurus,” katanya.


Di sisi lain, ia menilai kecenderungan kenaikan harga beras juga dipengaruhi dari stok cadangan beras yang dimiliki Bulog. Saat ini Bulog hanya memiliki cadangan sekitar 650 ribu ton dari yang ditugaskan pemerintah sebesar 1,2 juta ton.

Berita Lainnya:
Bappenas: Industrialisasi Percepat Pertumbuhan Ekonomi Menuju Negara Maju


“Perspektif pasar saat Bulog hanya memiliki stok di bawah 1 juta ton, itu akan sangat bahaya,” kata dia.


Ketua Komisi IV, Sudin, lantas mempertanyakan klaim Kementerian Pertanian yang menyebut Indonesia surplus beras 6,7 juta ton. Data tersebut diketahui bersumber dari survei BPS yang menyatakan adanya pasokan beras sebanyak itu yang tersebar di masyarakat.


“Surplus 6,7 juta ton ini ada dimana saja?  Swasembada itu mencukupi  kalau surplus itu kelebihan, jadi ini ada atau tidak ada?, ” ujarnya.  


Merespons itu, Arief menjelaskan, dari stok beras saat ini sebanyak 6,7 juta ton sekitar 50 persen atau 3,3 juta ton ada di rumah tangga. Jika dirata-ratakan, setiap rumah terdapat 4,8 kg beras. Namun ia menegaskan, angka-angka tersebut berupa hasil survei.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi