Rabu, 08/05/2024 - 05:43 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Orang Tua Harus Waspada, Screen Time pada Praremaja Bisa Sebabkan OCD

ADVERTISEMENTS

‘Screen time’ bisa mengembangkan gangguan obsesif kompulsif (OCD) pada praremaja.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

 JAKARTA — Studi menemukan screen time atau waktu layar berhubungan dengan diagnosis gangguan obsesif kompulsif (OCD) pada anak-anak. Setiap jam yang dihabiskan praremaja untuk bermain video game setiap hari dikaitkan dengan peningkatan 13 persen kemungkinan mengembangkan OCD selama periode dua tahun.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Selain itu, setiap jam yang dihabiskan praremaja untuk menonton video per hari dikaitkan dengan peningkatan 11 persen mengembangkan gangguan tersebut. Hal ini berdasarkan penelitian yang diterbitkan 12 Desember di Journal of Adolescent Health.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of California San Francisco (UCSF), melibatkan 9.204 anak berusia 9 hingga 10 tahun. Peserta ditanya tentang berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk perangkat dengan layar.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Suka Beli Skincare Etiket Biru Via Online? Sebaiknya Hentikan Kebiasaan Buruk Itu

Rata-rata mereka menghabiskan 3,9 jam per hari. Dua tahun kemudian, pada tahun 2021, kelompok tersebut dievaluasi ulang untuk gejala dan diagnosis OCD. Menurut International OCD Foundation, OCD ditandai dengan pola obsesi dan kompulsi yang sering terjadi dan menyebabkan kesusahan.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Anak-anak yang menghabiskan waktu berlebihan bermain video game melaporkan merasa perlu untuk bermain lebih banyak dan tidak dapat berhenti meski sudah mencoba,” ujar Jason Nagata, MD, penulis utama studi tersebut seperti dilansir dari laman Union Leader, Sabtu (31/12/2022).

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Pikiran mengganggu tentang konten video game dapat berkembang menjadi obsesi atau kompulsi. Sementara itu, menurut peneliti penggunaan media sosial, SMS, dan obrolan video tidak terkait dengan OCD, meski hasilnya bisa berbeda untuk remaja yang lebih tua. Waktu layar yang terkait dengan pendidikan tidak termasuk dalam penelitian ini.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh
Berita Lainnya:
Guru Besar UGM Sebut Anemia Aplastik Akibat Obat Jarang Terjadi

“Meskipun waktu layar dapat memiliki manfaat penting seperti pendidikan dan peningkatan sosialisasi, orang tua harus mewaspadai potensi risikonya, terutama terhadap kesehatan mental,” ujad Nagata.

Keluarga dapat mengembangkan rencana penggunaan media yang dapat mencakup waktu bebas layar termasuk sebelum tidur. Waktu layar harian untuk anak-anak telah meningkat setidaknya sejak 2011.

“Penggunaan media seluler harian di kalangan anak di bawah delapan tahun hampir 10 kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2011,” tulis laporan tersebut pada tahun 2017.

Baru-baru ini, waktu layar rekreasi anak-anak berlipat ganda selama pandemi, menurut penelitian sebelumnya dari UCSF. Waktu layar yang berlebihan di kalangan remaja telah dikaitkan dengan kesehatan mental yang buruk, kualitas tidur yang buruk, dan obesitas, di antara masalah lainnya.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi