Kamis, 02/05/2024 - 06:58 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Siapakah Pendusta Agama dan Mengapa Dikaitkan dengan Hardikan Anak Yatim

ADVERTISEMENTS

Surat Al-Maun berbicara tentang para pendusta agama

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

  JAKARTA – Islam menyebutkan golongan orang-orang yang mendustakan agama. Siapa mereka yang dimaksud? 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Ayat 1 dan 2 Surat Al-Maun menunjukkan adanya pertalian antara orang yang mendustakan agama dengan orang yang menghardik anak yatim. Allah SWT berfirman: 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim.” (QS al-Maun ayat 1-2)

ADVERTISEMENTS

Begitu kerasnya Islam terhadap perbuatan menghardik anak yatim, hingga disebut sebagai perbuatan mendustakan agama. 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

 

fnMw8rlitF0

Dalam kitab Fath al-Bayan fii Maqasid Alquran karangan Siddiq Ibnu Hasan Al-Fatujy, dijelaskan, ayat kedua surat Al-Maun dimulai dengan huruf ‘Fa’, yang posisinya secara tata bahasa Arab yakni sebagai ‘jawab syarth muqaddar’

Berita Lainnya:
Mengapa Masjid Al Aqsa Jadi Saksi Pertemuan Rasulullah SAW dengan Para Nabi? 

Maksudnya ialah jawaban dari kalimat tanya sebagaimana pada ayat 1 Surat al-Maun. Dengan adanya ‘Fa’ tersebut, itu menunjukkan bahwa kalimat sesudah ‘Fa’ merupakan pokok persoalan yang perlu direnungkan dengan seksama. 

Huruf ‘Fa’ dalam bahasa Arab adalah salah satu dari beberapa huruf athaf yang fungsinya untuk menghubungkan antara kalimat sebelum dan setelahnya. 

Dengan demikian, huruf athaf ‘Fa’ pada ayat kedua surat al-Maun menunjukkan adanya kaitan antara orang yang mendustakan agama dan orang yang menghardik anak yatim. Sedangkan kata ‘dzaalika’ setelah ‘Fa’ berstatus sebagai isim isyaroh mubtada yang tersambung dengan khabar setelahnya. 

Atau, ‘dzaalika’ di ayat tersebut juga dapat dikatakan sebagai khobar untuk mubtada yang dihilangkan, dan berfungsi sebagai pengganti yang terhubung dengan sesuatu yang mensifatinya, yang dalam hal ini adalah ayat pertama surat al-Maun.

Berita Lainnya:
Presiden Antar 43 Anak Yatim Belanja Baju-Makanan untuk Lebaran

Dalam pengertian yang sederhana, mubtada dalam tata bahasa Indonesia dapat dikatakan sebagai subjek. Sedangkan khabar dalam tata bahasa Indonesia adalah frasa atau klausa yang letaknya ada setelah mubtada.

Selanjutnya, alladzii yadu’ul yatiim’ (orang yang menghardik anak yatim) terletak pada posisi nashab sehingga terhubung dengan kalimat sebelumnya, yakni orang yang mendustakan agama. 

Sedangkan kata yadu’u pada ayat 2 surat al-Maun mengandung arti yang keras dan kejam. Itu artinya, menghardik anak yatim adalah tindakan mengambil hak anak yatim dengan paksa. 

Kata yadu’u juga digunakan di surah lain dalam Alquran, dengan kandungan makna yang sama. Allah SWT berfirman: 

يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَىٰ نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا “Pada hari (ketika) itu mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya.” (QS At-Thur ayat 13)

 

Sumber: furqan     

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi