Selasa, 30/04/2024 - 11:35 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

Iran Perlambat Pengayaan Uranium, Kesampingkan Potensi Pembuatan Senjata Nuklir

ADVERTISEMENTS

 WINA – Iran memperlambat aktivitas pengayaan uranium pada tingkatan yang bisa digunakan untuk membuat senjata. Hal ini terungkap dalam laporan The International Atomic Energy Agency (IAEA) yang dilihat Associated Press, Senin (4/9/2023).

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Perlambatan ini mengindikasikan adanya pertanda Teheran berupaya meredakan keteganga hubungannya dengan AS. Dua negara rival tersebut, dalam beberapa waktu terakhir menegosiasikan pertukaran tahanan dan pencairan dana Iran yang dibekukan di Korea Selatan. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Dalam laporannya, IAEA menyatakan Iran memiliki 121,6 kilogram (kg) uranium yang telah diperkaya hingga 60 persen. Ini berarti stok yang ada merupakan yang terendah sejak 2021. Laporan Mei lalu menyebut, stok uranium yang diperkaya hanya 114 kilogram. Februari 87,5 kg. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Secara keseluruhan, laporan IAEA memperkirakan total stok uranium yang diperkaya mencapai  3.795,5 kg. Ini lebih rendah dibandingkan laporan sebelumnya yang mencapai 4.744,5 kg, penyebabnya karena membatasi upaya pengayaan uranium.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Polisi Federal Australia Tangkap 7 Pemuda Terkait Penikaman di Gereja Ortodoks

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Iran telah lama menegaskan tak akan membuat senjata nuklir dan terus menegaskan program nuklirnya bertujuan damai. Meski dirjen IAEA pernah mengingatkan Teheran memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk membuat sejumlah bom nuklir.

 

Perwakilan Iran di PBB, New York tak memberikan respons atas laporan IAEA tersebut. Badan intelijen AS pada Maret lalu menyatakan, Iran butuh beberapa bulan untuk membuat senjata nuklir. IAEA, Barat, dan negara lain menuding Iran memilliki program rahasia nuklir militer. 

Dalam upaya meyakinkan bahwa Iran tak mengembangkan senjata nuklir, beberapa negara besar bersepakat dengan Iran pada 2015. Melalui kesepakatan ini, Iran setuju membatasi pengayaan uranium pada tingkatan yang bisa digunakan membuat senjata nuklir. 

Berita Lainnya:
Warga Israel Ditangkap di Malaysia Punya Senpi, Beli Rp 32 Juta Per Pistol

Sebagai imbalannya, mereka mencabut sanksi ekonomi terhadap Iran dan IAEA bertugas mengasai program ini. Namun pada 2018, Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan yang ditandatangani Presiden Barack Obama itu. 

Trump menginginkan kesepakatan lebih kuat tetapi tak ada negosiasi lanjutan. Setahun kemudian, Iran mulai meninggalkan kesepakatan tersebut. 

 

Presiden AS Joe Biden berkeinginan melakukan kesepakatan ulang soal nuklir dengan Iran. Namun, pembicaraan resmi untuk merumuskan peta jalan memulai kembali kesepakatan terhenti pada Agustus 2022. Pada saat bersamaan Oman dan Qatar memediasi Iran dan AS.

Pembicaraan tak langsung itu kemudian menuntun mereka mencapai kesepakatan melakukan pertukaran tahanan. 

sumber : AP

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi