Kamis, 02/05/2024 - 12:16 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIENERGI

Pengeboran Sumur Minyak Baru Masih Dibutuhkan Meski Transisi Energi Terus Jalan 

ADVERTISEMENTS

BADUNG — Pengeboran sumur minyak dan gas bumi masih tetap dibutuhkan kendati pemerintah Indonesia juga mengkampanyekan transisi kepada penggunaan energi baru terbarukan. Pengeboran sumur baru dibutuhkan selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga demi mencegah ketergantungan impor minyak nasional yang kian bertambah. 

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Kepala SKK Migas dalam pembukaan International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas Industry 2023 di Nusa Dua Bali, Rabu (20/9/2023), Dwi Sutjipto mengungkapkan, ia meyakini sektor migas akan tetap relevan seiring pengembangan EBT di Indonesia. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Khususnya untuk gas, yang akan memainkan peran lebih strategis sebagai sebuah energi transisi dalam menyediakan keamanan negeri untuk bisa mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Dwi. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dwi mengatakan, tantangan Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dapat dilakukan secara bersaman dengan upaya peningkatan produksi minyak dan gas bumi. Karenanya, menurut Dwi, diperlukan aktivitas agresif untuk mengebor sumur sampai tahun 2025 dan seterusnya. 

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Usai Korupsi Timah yang Fenomenal, DPR Soroti Ekspor Bangka Belitung Anjlok

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Namun, untuk bisa melakukan pengeboran sumur-sumur baru, Indonesia membutuhkan investasi yang tak sedikit. SKK Migas mencatat setidaknya dibutuhkan investasi 20 miliar dolar AS per tahun untuk mengejar target produksi minyak 1 satu juta barrel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.

“Untuk bisa menarik lebih banyak investasi lagi, kita harus lebih berkompeten dengan negara-negara lain. Oleh karena itu, banyak pekerjaan yang perlu kita lakukan secara khusus terkait hukum dan aspek kontraktual dalam meningkatkan eksplorasi,” ujarnya. 

Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, menambahkan, rata-rata konsumsi minyak nasional saat ini telah mencapai 1,6 juta barel per hari. Sementara, tingkat produksi minyak baik dari lapangan migas dalam dan luar negeri hanya 600-700 barel per hari. 

Berita Lainnya:
SKK Migas Siapkan Langkah Strategis Optimalkan Produksi Migas Nasional

“Maka, tidaklah ada cara lain kalau kita cuma mengharap sumur-sumur yang ada. Itu susah untuk mencapai target kita,” ujarnya menambahkan. 

Bahlil mengatakan, hanya ada dua cara untuk mempertahankan ketahanan energi nasional. Yakni dengan mengebor sumur baru atau mengefektifkan sumur-sumur lama yang 70 persennya dikelola oleh PT Pertamina. 

Ia sekaligus menekankan, upaya pemerintah untuk menawarkan investasi hulu migas ke pihak asing tak lain karena Indonesia kekurangan investor dalam negeri. Terlebih lagi, nilai investasi pengeboran sumur migas memakan dana hingga triliunan. 

“Investor hulu migas ini tidak banyak dan hampir seluruh dunia berikan sweetener (insentif) agar mereka (investor) bisa masuk,” katanya. 

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi