Selasa, 30/04/2024 - 19:52 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Ibu Melahirkan Kerap Alami Baby Blues, Apa Bedanya dengan Depresi Pascamelahirkan? 

ADVERTISEMENTS

Ibu kelelahan mengurus bayi. Terdapat perbedaan baby blues dan post partum syndrome atau depresi pasca melahirkan.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

 JAKARTA — Setelah melahirkan, banyak ibu mengalami baby blues. Tidak sedikit pula yang mengalami Postpartum Depression (PDD) atau depresi pascamelahirkan. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Apa sebenarnya perbedaan keduanya?

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), dr Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ, menjelaskan perbedaan pertama dari keduanya adalah normality-nya. Baby blues syndrome normal, suatu fenomena dari kumpulan gejala yang dialami oleh ibu yang baru saja melahirkan dan sifatnya alamiah, natural, normal, bukan gangguan. Sedangkan PDD adalah suatu gangguan atau suatu penyakit yang tergolong dalam penyakit atau gangguan kesehatan mental.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Saudara Kembar Siam Tertua di Dunia Meninggal di Usia 62 Tahun

“Jadi secara normalty-nya sudah berbeda, yang satu normal yang satu penyakit,” ujarnya dalam exclusive media interview, Senin (2/101/2023).

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

 

Oleh karena itu, pendekatannya juga akan berbeda. Menurutnya ketika kita mengalami baby blues syndrome, pendekatan-pendekatan yang sifatnya dukungan sosial, psiko sosial itu mungkin cukup untuk ibu yang sedang mengalami baby blues syndrome

Berita Lainnya:
Ajarkan Kemampuan Mengontrol Diri, Jangan Sampai Anak Kena Gaming Disorder

Akan tetapi ibu yang mengalami PDD, tidak cukup dengan dukungan-dukungan psikososial saja, tapi butuh terapi untuk pengobatan. Sama halnya ketika kita menghadapi penyakit lain, kita butuh pengobatan.

Terapinya seperti apa?

 

 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi