Selasa, 30/04/2024 - 19:53 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

Negara Berkembang Hadapi Perlambatan China Saat IMF dan Bank Dunia Bertemu

ADVERTISEMENTS

Negara-negara berkembang menghadapi hambatan dari semua sisi, dengan aksi jual baru-baru ini pada obligasi AS dan melambatnya perekonomian China.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

 JAKARTA — Negara-negara berkembang menghadapi hambatan dari semua sisi, dengan aksi jual baru-baru ini pada obligasi AS dan melambatnya perekonomian China. Ini menambah ketidakpastian sementara Federal Reserve mungkin belum mencapai akhir dari siklus kenaikan suku bunganya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Upaya restrukturisasi bagi negara-negara yang gagal bayar dapat mencapai sebuah terobosan sebelum akhir tahun seiring dengan berlanjutnya perundingan. Sementara keuangan negara-negara, seperti Pakistan dan Mesir juga akan diawasi dengan cermat ketika para pembuat kebijakan dan manajer aset berkumpul untuk pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional di Marrakesh minggu depan.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
BYD Jadi Tenant Terbesar Pertama Manufaktur EV di Subang Smartpolitan
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Latar belakang eksternal tetap menjadi tantangan bagi negara-negara emerging market dan negara-negara terdepan dan hal ini berada di luar kendali mereka,” kata Joseph Cuthbertson, analis senior pemerintah di PineBridge Investments.

ADVERTISEMENTS

“Hal ini sangat bergantung pada kecepatan dan waktu dari poros Fed,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Berikut adalah tema-tema utama pasar negara berkembang yang perlu diikuti di Marrakesh.

Investasi China yang didorong oleh utang di bidang infrastruktur dan properti telah mencapai puncaknya dan ekspor melambat sejalan dengan perekonomian global.

Berita Lainnya:
Pertamina Jaga Stok Avtur Bandara Bali Hadapi Lonjakan Kunjungan Turis

Bagaimana perlambatan ekonomi senilai 13 triliun dolar AS akan berdampak pada negara-negara berkembang lainnya masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab bagi investor.

“Pertumbuhan China yang lebih rendah dan berkepanjangan membentuk rezim investasi baru,” kata kepala pasar negara berkembang Amundi Yerlan Syzdykov kepada Reuters.

Permintaan komoditas akan terpukul karena negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini menghabiskan lebih sedikit uang untuk barang dan jasa.

Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan China pada 2024 menjadi 4,4 persen dari 4,8 persen.

sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi