Kamis, 02/05/2024 - 01:55 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Said Nursi Ungkap Penyakit Paling Berbahaya di Dunia Islam, Apa Itu?

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Ulama asal Turki Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960) mengungkapkan penyakit paling berbahaya di jantung dunia Islam. Menurut dia, penyakit itu adalah rasa putus asa yang menjadi kanker bangsa.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

“Di antara yang dihasilkan pemikiranku sebagai hasil dari pengalaman hidupku adalah bahwa rasa putus asa merupakan penyakit yang paling berbahaya. Ia telah mengalir dan menyebar di jantung dunia Islam,” tulis Nursi dalam Khutbah Syamiyah, halaman 41-42.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Nursi mengatakan, rasa putus asalah yang membuat kita tergelepar tak berdaya seperti orang mati, sehingga negara Barat yang hanya memiliki dua juta penduduk berhasil menguasai negara muslim di Timur yang berpenduduk 20 juta jiwa, sehingga negara Barat tersebut menjajah negara Timur dan dijadikannya sebagai pelayan mereka.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Itulah rasa putus asa yang telah mematikan budi pekerti kita yang luhur, telah mengalihkan pandangan kita dari kepentingan orang banyak dan membelenggu dalam kepentingan pribadi. Itulah rasa putus asa yang telah menghancurkan kekuatan spiritual kita,” ucap Nursi.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Ternyata Kelompok Yahudi Ini Sudah Rancang Ritual Sapi Merah Sedemikian Rupa

Dengan kekuatan yang sedikit, lanjut dia, kekuatan spiritual yang bersumber dari iman telah menguasai bagian Timur dan Barat bumi. Namun, ketika kekuatan spiritual yang luar biasa itu dihancurkan oleh rasa putus asa, bangsa asing yang zalim telah berhasil menguasai dan membelenggu 300 juta umat Islam sejak empat abad yang lalu.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Karena rasa putus asa ini, kata Nursi, sampai-sampai seseorang mencari-cari alasan untuk membenarkan kemalasannya demi melihat sikap apatis dan ketidakpedulian orang lain. Ia mengatakan, “Apa salahku, semua orang juga bermalas- malasan sepertiku.” Orang itu pun enggan ikut serta berkhidmat pada Islam dan meninggalkan kemuliaan iman.

Nursi menjelaskan selama penyakit ini menjalar begitu rupa dalam diri kita dan membunuh kita dengan sepengetahuan kita, maka kita harus bertekad untuk melakukan pembalasan. Kita akan penggal kepala rasa putus asa tadi dengan pedang:

لا تقنطوا من رحمة الله … (٥٣)

“Janganlah kalian putus asa dari rahmat Allah.” (QS az-Zumar [39]: 53).

Berita Lainnya:
Mana yang Didahulukan, Bayar Utang atau Qurban?

Kita akan membinasakannya dengan hakikat Nabi SAW yang berbunyi:

ما لا يدرك كله لا يترك جله.

“Sesuatu yang tidak bisa dijangkau semuanya, tidak ditinggalkan keseluruhannya.”

Ya, kata dia,rasa putus asa adalah penyakit bangsa yang paling berbahaya, dapat dikatakan sebagai kanker bangsa. Penyakit ini menjadi faktor penghalang kesempurnaan dan bertentangan dengan spirit hadits qudsi yang berbunyi,

 أنا عند ظن عبدي بي

“Aku (perlakukan hambaku) sesuai dengan prasangka-nya terhadap-Ku.”

“Ia adalah sifat dan dalih para pengecut, orang-orang bodoh, orang-orang lemah dan hina, bukan ciri khas kemuliaan Islam, khususnya bangsa Arab yang memiliki karakteristik sifat-sifat terpuji yang dibanggakan umat manusia,” jelas Nursi.

Dia pun menambahkan, dunia Islam telah banyak belajar dari keteguhan dan ketegaran bangsa Arab. Insya Allah bangsa Arab akan meninggalkan rasa putus asanya agar mereka dapat bergandengan tangan bangsa Turki, balatentara Islam yang gagah perkasa sehingga mereka secara bersama-sama mengibarkan panji-panji Alquran di seluruh pelosok dunai.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi