Senin, 27/05/2024 - 13:49 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Keluarga Jadi Fondasi Utama Kemajuan Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045

 JAKARTA — Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr dr Hasto Wardoyo, SpOG(K), menyoroti tingginya angka perceraian di Indonesia. Menurutnya, penyebab utama tingginya angka perceraian karena toxic people.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses atas Pelantikan Pejabat di Pemerintah Aceh

Hasto mengatakan bahwa sejak 2015 angka perceraian meningkat pesat. Pada tahun 2021 jumlahnya mencapai 581 ribu keluarga yang bercerai, sedangkan jumlah pernikahan setahun 1,9 juta. 

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

“Saat ini, (angka) perceraian tinggi karena banyak keluarga keluarga asalnya adalah orang toxic bertemu orang waras, orang waras bertemu orang toxic atau orang toxic bertemu orang toxic akhirnya kelahi terus dan terjadilah perceraian,” kata Hasto, dalam kegiatan Konsolidasi Nasional Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) yang digelar di Asrama Haji, Jakarta Timur pada Jumat (27/10/2023).

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Hasto mengatakan bahwa mendidik keluarga cukup dengan asah, asih dan asuh. “Asah diajari ilmu agama yg baik, asih dikasihani dengan sebaik baiknya, asuh diimunisasi kemudian diberikan perlindungan yang baik,” kata Dokter Hasto.

Dalam paparan terkait tema keluarga, Hasto menjelaskan bahwa pembangunan keluarga adalah pondasi utama tercapainya kemajuan bangsa. BKKBN kemudian mendefinisikan pembangunan keluarga itu adalah untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas, yang hidup dalam lingkungan yang sehat. 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Indonesia Emas 2045 menjadi tantangan serius karena ada batu loncatannya, tahun 2030 harus terlampaui dengan baik, seperti tidak ada yang kelaparan, tidak ada kemiskinan ekstrem, dan stunting seharusnya sudah turun jauh. Kemudian, angka pendidikan harus bagus. 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater Subang Diserahkan ke Keluarga

“Yang terakhir saya titip stunting, stunting itu pasti pendek, mereka yangg tadi terlalu muda, terlalu tua, anemia, bayinya stunting dan bayi stunting itu baru umur 40 tahun sudah central obes sehingga mudah terkena penyakit. Nah makanya stunting itu menjadi momok bagi bangsa karena kemudian pendapatannya orang stunting 20 persen lebih rendah dibandingkan yg tidak stunting, sehingga kalau kita ingin keluar dari middle income trap untuk menuju Indonesia Emas berat sekali, kalau stuntingnya terlalu banyak. Panjang badan penting diukur jangan hanya berat badannya saja, karena banyak yang gemuk ternyata stunting,” ujar Hasto.

“Anak anak kita yang ASInya eksklusif baru dibawah 70 persen, yang tinggal di rumah tidak layak huni masih 57 persen, yg makanannya beragam di kota DKI masih jauh lebih banyak dibandingkan di desa-desa, jadi tidak ada protein hewani. Jadi cegah stunting itu harus dengan protein hewani, telur atau lele,” lanjut dia.

ADVERTISEMENTS

Hasto juga mengatakan terkait permasalahan menyusui. Ia mengatakan mengimbau para ibu menyusui anaknya selama enam bulan. Bayi harus sesering mungkin diberi ASI tanpa diberikan makanan yang lain (ASI eksklusif). 

ADVERTISEMENTS

“Sempurnakanlah menyusui sampai 24 bulan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), karena 96 persen bayi itu sudah menutup otaknya dan ini sudah diteliti di seluruh dunia, maka itulah pentingnya 1000 HPK,” kata Hasto.

Berita Lainnya:
Sosok Herimen, Jenderal Bintang 2 Polri yang Pernah Tembak Kaki John Kei

Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Dr Syifa Fauzia mengatakan, beberapa tantangan yang ada di daerah masing-masing di seluruh Indonesia pihaknya dapat bersinergi dengan apa yang akan tentunya dilakukan pemerintah, khususnya BKKBN dan BKMT dan komponen lainnya untuk dapat bisa mencari solusi bersama tentunya dengan kebersamaan kita di BKMT. 

“Disini kita berbicara tentang bagaimana stunting, dan gizi buruk serta ibu hamil. Saya sebetulnya sangat sedih jika kita melihat di berbagai daerah, stunting gizi buruk, terutama pada ibu hamil ini menjadi tantangan yang harus dijawab oleh BKMT kalau kita lebih meluaskan program kita selain berdakwah, kita juga bisa melihat masyarakat perempuan dan anak disana. Apakah gizinya sudah terpenuhi, karena memang persoalan stunting ini jangan sampai terjadi apa lagi untuk anggota BKMT, ini harus kita sama-sama selamatkan,” ujar Syifa.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi