“Ga bisa pulang,” begitu sorakan dari para siswa yang menggema berulang kali, semakin menambah ketegangan situasi.
Guru tersebut tampak kesal namun tetap berusaha menjaga kesabarannya. Dia berulang kali meminta agar kunci kendaraannya dikembalikan. Setelah beberapa saat, kunci tersebut akhirnya diberikan kembali oleh siswa yang mengambilnya.
Sosok yang menjadi korban bullying adalah Maryam Latarissa, yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah di SMA Negeri 15 Maluku Tengah. Saat kita menyaksikan hal yang demikian, tentu kita menjadi prihatin, apakah saat ini lembaga pendidikan sudah kurang dihargai oleh sebagian siswa yang memang ingin terlihat eksis merasa jadi jagoan, dan jika guru melawan urusannya menjadi panjang, dan merugikan guru tersebut.
Kita pun mempertanyakan anak-anak kita telah menjadi “monster” yang tidak lagi kenal takut dan malu, bahkan men-share perbuatan mereka di medsosnya. Kejadian kekerasan, bullying ini juga sampai kepada pesantren atau dilakukan oleh seorang ustadz, di mana yang dianggap sebagai orang yang sangat religius. Sehingga masyarakat muslim saat ini harus berhati-hati tidak percaya begitu saja memasukkan putra putrinya ke pesantren-pesantren, meskipun yang terkenal sekalipun.
Anggota pesantren, baik guru maupun siswanya, mereka juga merupakan anggota dari masyarakat digital yang aktif mengakses segala yang ada di media sosial, terpaan media ini bisa menjadikan mereka meniru atau memiliki imajinasi karena seringnya mengakses segala film, berita dan hal-hal yang negatif lainnya. Tentu, banyak yang menjadi korbannya adalah perempuan, walau ada pula kasus yang dilakukan pelaku dan korban adalah laki-laki.
Tulisan (Widayani, H. 2017), menjelaskan tentang pola pemikiran Sayyid Hossein Nasr. Dalam pemikiran filsafat, beliau memberikan pandangan pada filsafat perennial. Yang dimaksud Nasr dengan filsafat perennial adalah kearifan tradisional dalam Islam. Dengan demikian, filsafat perennial Sayyid Hossein Nasr adalah respon yang dimunculkannya setelah melihat dengan seksama krisis manusia modern.
Peradaban modern khususnya di Barat dan ditumbuh kembangkan di dunia Islam menurut Nasr telah gagal mencapai tujuannya, yakni semakin terduksinya integritas kemanusiaan. Karenanya topik yang paling menonjol dari pemikiran filsafatnya adalah tentang pembebasan manusia modern dari perangkap dan keterpasungan budaya dan peradaban yang diciptikan manusia sendiri.
Sayyed Hossein Nasr memberikan pandangan krisis-krisis eksistensial ataupun spritual yang dialami oleh manusia adalah bermula dari pemberontakan manusia modern kepada Tuhan. Yaitu ketika manusia meninggalkan Tuhan demi mengukuhkan eksistensi dirinya.
Manusia telah bergerak dari pusat eksistensinya sendiri menuju wilayah pinggiran eksistensi. Fenomena ini tidak saja dialami oleh dunia Barat tapi juga di dunia Timur secara umum dan dunia Islam secara khususnya juga telah melakukan kesalahan-kesalahan dengan mengulangi apa yang telah dilakukan Barat.
Referensi:
Widayani, H. (2017). Pemikiran Sayyid Hossein Nasr Tentang Filsafat Perennial. EL-AFKAR: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Tafsir Hadis, 1, 55-60.
https://www.liputan6.com/news/read/5455926/polisi-ungkap-motif-penganiayaan-leon-dozan-cemburu-akibat-lihat-chat
https://www.halodoc.com/artikel/selalu-ingin-jadi-pusat-perhatian-hati-hati-alami-gangguan-kepribadian
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/5373301/viral-guru-di-maluku-tengah-dirundung-murid-muridnya-kunci-motor-sampai-diambil
Sumber: Republika