Rabu, 01/05/2024 - 07:37 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

HIBURAN

Sosok Inspiratif Palestina, Wael Al-Dahdouh Jurnalis yang Terluka Lalu Kembali Bekerja

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Serangan di Gaza Palestina belum juga berhenti. Dari ketangguhan warga Palestina dunia banyak belajar mengenai arti berjuang termasuk kegigihan kerja para jurnalis berdarah Palestina.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Salah satu jurnalis yang sedang menjadi sorotan adalah wartawan Aljazeera, Wael Al-Dahdouh. Ia dikenal sangat mendedikasikan hidupnya sebagai seorang pemberi kabar berita, khususnya mengenai keadaan terkini di Palestina.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Beberapa hari lalu ia bersama sang camera person, Samer Abudaqa, diserang oleh Israel. Samer meninggal dunia, sementara Wael mengalami luka-luka di sekitar lengannya. Meskipun terluka, Samer seolah menganggap itu bukanlah hal berat untuk kembali bekerja mengingat rekannya sampai harus meregang nyawa.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 

ADVERTISEMENTS

Sesama akun jurnalis Palestina pun mengunggah dedikasi Wael yang begitu besar, hingga hatinya yang juga tak kalah besar. “Liputan tetap berlanjut di tengah kesakitan yang menyiksa,” tulis akun anak pertamanya @hamza_w_dahdouh dalam keterangan foto Wael yang diunggah di akun Instagram miliknya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

 

Tetapi, ini bukan pertama kalinya Wael menghadapi duka ditinggal orang terdekat, sejak genosida oleh Israel dilakukan terhadap Palestina. Pada awal November 2023 lalu, Wael menatap nanar saat berdiri di sebuah dinding Rumah Sakit Martir Al-Aqsa.

 

Ia harus mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya kepada istri, putra, putri, dan cucunya, yang baru saja terbunuh dalam serangan udara Israel yang menghantam rumah tempat mereka berlindung. Saat itu, giliran dirinya yang diwawancara oleh rekannya, setelah dia selalu banyak mewawancara orang yang kehilangan.

Berita Lainnya:
Melisha dan Melitha Sidabutar, Si Kembar yang Lahir dan Meninggal Sama-Sama Tanggal 8

 

Air matanya tumpah ketika dia menyebut nama anaknya yang berusia tujuh tahun, Sham. Yang termuda adalah cucu Wael, Adam, yang berusia satu setengah tahun.

 

“Saudara dan sepupu saya juga ada di sana, dan putri saya semuanya terluka. Tetapi saya rasa, saya harus bersyukur kepada Tuhan bahwa setidaknya beberapa anggota keluarga saya selamat,” ucap Wael kala itu.

 

Rumah di mana keluarga Wael diserang bukanlah rumah mereka, karena rumah mereka berada di Tel el-Hawa, Kota Gaza, namun mereka harus meninggalkannya karena terlalu berbahaya.

 

Wael yang berusia 52 tahun, bekerja siang dan malam meliput berita tentang apa yang terjadi di Kota Gaza. Dia mengkhawatirkan keluarganya, dengan pemboman tanpa henti yang terjadi di utara Jalur Gaza.

 

Sehingga sang istri, Amna, dan anak-anaknya, sebagian bersama pasangan dan anak-anaknya, berpindah dari satu tempat ke tempat lain hingga mereka berakhir di kamp pengungsi Nuseirat di selatan Wadi Gaza, bersama beberapa anggota keluarga lainnya.

 

Wael mengira mereka akan aman di sana karena berada dalam zona yang diminta Israel untuk dipindahkan oleh warga Palestina di Gaza. “Ini adalah momen yang sulit dalam kehidupan seorang jurnalis Palestina, ketika mereka meliput sebuah kejadian untuk dijadikan berita dan mengetahui bahwa berita tersebut adalah keluarga mereka sendiri,” ucap Wael lagi.

Berita Lainnya:
5 Drakor Bergenre Horor Komedi, Cocok untuk yang Cari Tontonan Seram Tapi Menghibur

 

Wael dan Amna memiliki delapan anak yakni Hamzah (27), Bissan (25), Sundus (23), Khuloud (21), Batoul (18), Mahmoud (15), Yehia (12), dan Sham yang berusia tujuh tahun.

 

Hamzah dan Bissan tidak ada di dalam rumah, namun mereka bergegas menuju lokasi kejadian. Ibu mereka, Mahmoud, dan Sham telah tiada, Yehia terluka parah, dan saudara-saudara mereka yang lain terluka dalam tingkat yang berbeda-beda. Adam, keponakan mereka juga telah meninggal.

 

Dua tahun yang lalu, selama 11 hari pemboman Israel di Jalur Gaza, keluarga Wael selamat dari serangan terhadap sebuah rumah di sebelahnya. Dia mengatakan kepada Aljazeera+ Arab pada saat itu, bahwa keluarganya telah berpisah di antara beberapa rumah anggota keluarga dengan harapan bahwa beberapa dari mereka akan tetap hidup.

 

Dan itu adalah realitas kehidupan di Gaza sejak bertahun-tahun lamanya. Penderitaan hidup di Palestina bukan dimulai pada 7 Oktober 2023 saja, tetapi selalu dirasakan warga Palestina sejak 1948.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi