Minggu, 05/05/2024 - 06:56 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LINGKUNGAN

Misi Proba-3 Eropa akan Buat ‘Gerhana Buatan’ Pelajari Korona Matahari

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Masyarakat dunia sangat menantikan terjadinya gerhana matahari total pada bulan April. Namun para ilmuwan dikabarkan merencanakan observasi untuk gerhana matahari berikutnya, tetapi dalam bentuk “buatan” untuk mempelajari korona matahari.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Hal ini ada dalam Project for On-Board Autonomy (PROBA)-3, sebuah misi yang dipimpin oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) dan telah direncanakan setidaknya selama 14 tahun. Teknologi ini akhirnya akan diluncurkan pada bulan September, dan dirancang untuk mendeteksi secara lebih baik fitur-fitur kecil dan redup di atmosfer luar matahari yang sangat redup atau disebut corona.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Untuk mencapai tujuan tersebut, misi tersebut akan meluncurkan dua satelit kecil bersama-sama yang akan terpisah satu kali di luar angkasa dan terbang bersama-sama dalam orbit mengelilingi Bumi,” demikian laporan seperti dilansir dari laman Space, Rabu (10/1/2024).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Sama seperti bulan yang melintas di depan matahari saat terjadi gerhana matahari, kedua satelit tersebut, sebuah okulter dan instrumen khusus yang disebut coronagraphc, akan meniru gerhana matahari alami dengan berbaris pada jarak 144 meter (472 kaki). 

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
BRIN Deteksi Kerentanan Longsor Melalui Citra Satelit

“Hal ini akan dicapai secara mandiri, tanpa bergantung pada bimbingan dari lapangan,” menurut pernyataan ESA sebelumnya.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Meskipun sepasang satelit ini membutuhkan waktu 19,5 jam untuk sekali mengelilingi Bumi, itu akan mempertahankan formasinya hanya selama enam jam di setiap orbit untuk mengurangi biaya bahan bakar, menurut ESA. Konfigurasi seperti itu, yang kabarnya merupakan yang pertama dari jenisnya, akan membuat corona terlihat. 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Fitur matahari ini sangat redup sehingga hanya terlihat selama gerhana matahari alami, yang tidak berlangsung lama dan jarang terjadi.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

“Kita tidak akan melihat sedekat gerhana matahari,” kata Russell Howard, ahli astrofisika di Laboratorium Fisika Terapan John Hopkins University, yang tidak terlibat dalam misi Proba-3, dalam pernyataannya. 

Tetapi, kata dia, melihat gambar seperti itu selama berjam-jam dibandingkan dengan durasi peristiwa gerhana yang berdurasi lima hingga 10 menit akan menjadi hal yang spektakuler. 

Berita Lainnya:
Terdampak Erupsi Gunung Ruang, Bandara Djalaluddin Gorontalo Ditutup Sementara

Koronagraf biasanya dilengkapi dengan okulter, sehingga mampu menghalangi piringan terang matahari itu sendiri. Namun itu juga mengalami difraksi yang merusak data, akibat cahaya yang tumpah di sekitar tepinya dan terkadang menyinari sinyal yang sangat redup.

“Cara terbaik untuk mengurangi difraksi adalah dengan meningkatkan jarak antara okultisme dan coronagraph, dan itulah yang akan dilakukan Proba-3,” kata manajer proyek Proba-3 Damien Galano dalam sebuah pernyataan awal pekan ini.

Eropa untuk sementara waktu tidak memiliki akses independen ke luar angkasa setelah menonaktifkan roket Ariane 5 dan belum meluncurkan penerusnya, Ariane 6. Eropa juga menunda tanggal kembalinya roket lain, Vega C, hingga akhir tahun 2024. Tidak perlu khawatir, Proba Misi -3 akan lepas landas dari India, dari pelabuhan antariksa negara tersebut di Sriharikota. 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi