Selasa, 07/05/2024 - 23:31 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Belajar dari Edinburgh-Skotlandia soal Kampus Ramah Disabilitas

ADVERTISEMENTS

 BANDUNG – Tidak ada salahnya jika kita belajar dari negara lain dalam memberlakukan aturan main di perguruan tinggi, khususnya kepada kaum disabilitas. Di Universitas of Edinburgh (UoE) Skotlandia misalnya, peraturan tentang perlakukan terhadap calon mahasiswa disabilitas sudah terintegrasi dan selalu inovatif.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Demikian antara lain catatan penting dari perjalanan tiga dosen muda dari Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) selama lebih dari sepekan di Skotlandia, khusus di UoE pada 4-8 Maret lalu. Kegiatan ini merupakan implementasi hibah bertajuk ‘UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant’ dari British Council Indonesia.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Selama di UoE, tim dosen tersebut disambut Professor Dr John Ravenscroft dan Elizabeth McCann dari Moray House School of Education and Sport (MHSES) yang tahun ini sedang merayakan hari jadinya yang ke-175.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Sambutan dari para staf-nya juga memberikan rasa hangat di tengah suhu 0 derajat kota Edinburgh. ‘’Di Skotlandia, kalau sekolah atau kampus menolak calon mahasiswa disabilitas, itu termasuk pelanggaran, ilegal. Jadi, mau tidak mau harus dan karenanya, perguruan tinggi dan sekolah tidak bisa bekerja sendirian,’’ ujar dosen UAI Cut Meutia Karolina yang berkunjung ke Edinburgh bersama Edoardo Irfan dan Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UAI Gusmia Arianti.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Peserta Disabilitas Ikut Tes UTBK di UNESA, Disiapkan Pendamping dan Fasilitas Khusus

 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Kepada Republika, Kaprodi Ilmu Komunikasi UAI Gusmia Arianti bercerita, kegiatan kunjungan ke Skotlandia sangat penting tidak hanya bagi UAI, tetapi untuk pendidikan tinggi di Indonesia secara umum. Kata dia, kegiatan ini merupakan bekal penting dalam mempersiapkan diri sebagai kampus ramah disabilitas.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

‘’Kelak, kami juga bisa sharing ke masyarakat luas. Kami belajar kepada institusi yang tepat karena MHSES kan ranking satu di Skotlandia dan peringkat ke-13 dunia untuk subjek pendidikan,’’ katanya.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Sementara Edoardo Irfan menyebutkan, di Skotlandia pendidikan tinggi ramah disabilitas lebih dari sekadar pelaksanaan regulasi. Kata dia, kampus dan sekolah di Skotlandia sudah lama memberlakukan aturan itu dengan serius, fokus, dan bersinergi dengan para stake holder luar biasa.

‘’Pendidikan inklusif itu benar-benar jadi budaya,’’ kata Edo. Catatan lainnya, di Skotlandia, negara memberikan insentif untuk sekolah atau perguruan tinggi penerima siswa/mahasiswa disabilitas. Dengan begitu, lanjut dia, pengelola kampus atau sekolah mereka terpanggil menciptakan atmosfer yang sepenuhnya mendukung disabilitas.

‘’Karena itu, mereka melangkah jauh dari kebutuhan dasar yang ramah. Misalnya, soal definisi saja, di Skotlandia sudah berkembang perluasan definisi disabilitas. Mental health, atau masalah-masalah mental mahasiswa dalam belajar itu digolongkan ke dalam disabiltas,’’ tambah Edo.

Berita Lainnya:
PPATK: Manfaat RI Jadi Anggota FATF Demi Cegah Pencucian Uang dan Terorisme

Dalam release yang diterima Republika dari UAI, Professor John yang merupakan Chair of Childhood Visual Impairment menyampaikan antusiasnya menyambut kerjasama dengan UAI. Menurutnya, jika perguruan tinggi di Indonesia seperti UAI mulai menyelenggarakan pendidikan inklusi dari nol, itu sangat baik.

‘’Kalau dari nol, itu memberikan keleluasaan bagi kami untuk berkontribusi dan berharap ini akan menjadi pilot project yang nantinya akan menjadi panduan perguruan tinggi lainnya di Indonesia,’’ kata John.

Selain diskusi bersama John, Elizabeth dan para koleganya, tim dosen muda UAI juga bertemu alumni dengan kondisi disabilitas netra, para guru dari seluruh penjuru United Kingdom, hingga ikut serta dalam pelatihan pelatihan menyusun materi pembelajaran ramah netra.

Dosen muda UAI berkesempatan diskusi dengan perwakilan dari Communication, Access, Literacy dan Learning (Call) Edinburgh, sebuah organisasi nirlaba yang merupakan unit MHSES yang membantu anak-anak dan pemuda disabilitas.

Mereka para dosen UAI tidak ketinggalan mengikuti seminar ‘Socio Emotional Support for Students with Visual Impairment in Higher Education’, hingga diskusi dengan peneliti asal Australia tentang pendidikan inklusi di negaranya. Makan malam yang hangat di sebuah resto di tengah kota Edinburgh menjadi penanda akhir perjalanan belajar di kota yang memiliki lanskap arsitektur unik juga ikonik dari abad 15.

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi