Selasa, 30/04/2024 - 18:45 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Orang Tua Perlu Tahu, Ini Penyebab Remaja Rentan Alami Kecanduan

ADVERTISEMENTS

Remaja menyendiri (Ilustrasi). Remaja rentan mengalami adiksi karena proses pengambilan keputusan masih bersifat impulsif atau tanpa berpikir panjang serta lebih mengedepankan emosinya.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

JAKARTA — Dokter spesialis kesehatan jiwa dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Dr. dr. Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ(K) menyebutkan fase remaja merupakan periode rentan mengalami adiksi. Risiko itu ada salah satunya karena kondisi perkembangan otak anak yang belum sempurna atau matang.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Populasi remaja merupakan populasi yang sangat rentan untuk mengalami adiksi karena area otaknya yang mengatur emosi, menilai situasi, dan mengambil keputusan masih berkembang sehingga perilaku impulsifnya masih terus tinggi,” kata Kristiana dalam sebuah diskusi daring, dikutip Ahad (31/3/2024).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Ahli Gizi Ingatkan Bahaya Konsumsi Makanan Berlemak secara Berlebihan Saat Lebaran
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dokter lulusan Universitas Indonesia itu menjelaskan, perkembangan prefrontal cortex atau bagian depan otak yang berfungsi untuk membuat keputusan, mengatur emosi, dan menilai situasi baru memasuki tahap sempurna di usia 21 atau 22 tahun. Oleh karena itu, saat usia remaja atau bahkan pada anak-anak proses pengambilan keputusan masih bersifat impulsif atau tanpa berpikir panjang serta lebih mengedepankan emosinya.

ADVERTISEMENTS

“Area untuk mengambil keputusannya belum matang sehingga perilakunya impulsif ‘Aku kesal dimusuhin sama teman ya udah deh aku ngeganja aja karena perasaanku lebih enak kalau aku ngeganja‘ atau ‘Ya udah deh aku main games aja yang lama karena perasaan aku lebih enak ketika aku main games‘,” ujar Kristiana.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
RSCM Pastikan Pendonor Transplantasi Hati Bisa Hidup Normal dan Sehat  

 

Selain faktor perkembangan otak, menurut Kristiana, faktor biologis lain yang memengaruhi munculnya adiksi adalah sistem pengeluaran hormon dopamin. Lalu, ada juga faktor keturunan.

“Mereka yang mengalami adiksi dipengaruhi oleh biologi juga yang berperan. Biologi ini artinya ada genetik juga yang berperan misalnya sistem dopamin yang di dalam tubuh kita juga, misalnya. Secara biologis yang lain genetik itu ada keluarga kita yang pernah mengalami gangguan adiksi,” ujarnya.

sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi